NU KETAPANG - Saat kemarau panjang kemarin, di kampung - kampung luar Ketapang masih bisa kita melihat seteko air putih diletakkan di atas kursi. Lalu serombongan orang berkopiah melewati sembari membaca doa. Itu namanya berdoa kasah.
Dulu, zaman masih rajin menentang tradisi, saya mencari di kitab Al Adzkar, tak ketemu. Saya googling, artikel yang tampil tak memuaskan. Bahkan dalam standar 'yang penting amal walau dhaif'.
Lama saya tak membaca doa kasah. Hingga Mamak dalam masa menuju sakaratul mautnya minta saya membacakan doa kasah. Saya lakukan.
Walau tak ketemu dalilnya, Doa kasah bisa jadi adalah Uslub Dakwah para orang tua kita, para alim kita, di zaman awal dakwah Islam. Masa di mana Wabah penyakit dan Hama Pertanian sering memakan korban tak sedikit.
Kisah Kampung Penjalaan, baik di Simpang maupun di Sejengok Pawan, menunjukan betapa wabah kolera saja bisa menghabiskan satu kampung. Nauzubillah summa Nauzubillah.
Tanpa bekal ilmu medis, keyakinanlah satu - satunya cara. Dulu, anak gadis dikorbankan pada duata. Dulu, pohon - pohon disembah, agar memberi manfaat. Dulu wayang semar dicuci dan dikelilingkan ladang agar hama tak mendekat.
Ulama dan orang tua kita memandang yang begitu itu mengarah pada kemusyrikan. Maka mesti menggantinya dengan cara yang lebih baik. Medis tetap belum tersedia, maka cara memenuhi keyakinanlah yang mesti diubah.
Ilmu digali, doa dicari, ketemu! Itulah doa kasah. Kasah dinisbatkan pada Syayidina Ukasyah, sahabat nabi yang beberapa doa dalam doa kasah disebutkan berasal dari beliau. Wallahualam.
Doa kasah, Caranya berkeliling kampung agar seluruh kampung dapat manfaat. Dulu saat masih kecil, saya ikut berdoa kasah dari hulu sampai ke hilir kampung sandai (kiri). Lalu makan - makan di buntut kampung (hilir).
Saya ingat dulu Almarhum Haji Uti Konsen, dalam sebuah ceramahnya tentang keajaiban tawakal dan doa, bercerita bahwa di kampung beliau, Sandai, pernah ladang - ladang diserang hama.
Masyarakat dipimpin para alim kemudian berdoa kasah. Ilmu pertanian mungkin kurang saat itu, keyakinanlah yang tersisa. Dan Allah menyertai. Hama berhenti menjangkit, tepat di batas kampung.
Sekarang, pemberitaan Covid-19 merebak di mana - mana. Berita yang beredar, entah hoax atau fakta, tampaknya lebih besar daripada kenyataan di lapangan.
Yang sembuh tak diberitakan, walau prosentasenya sudah meningkat. Yang meninggal yang diberitakan besar sekali, walau jumlahnya kian hari kian sedikit. Belum lagi usianya juga memang sudah tak muda lagi.
Ketakutan menjangkit. Ilmu Medis belum ketemu obatnya. Ada yang panik. Entah siapa yang memulai, siapa pula yang bersorak. Masker hilang di pasaran. Sembako diborong habis. Masyarakat tak berduit cuma bisa meringis. Sesekali share berita yang sayang lupa diverivikasi.
Orang - orang teringat, kala ilmu medis dulu belum cukup baik, keyakinanlah yang tersisa. Seruan untuk berdoa kasah muncul di grup - grup WA, didiskusi warung kopi dan majelis taklim.
Mungkin kita perlu untuk menoleh kembali pada kebiasaan orang tua kita. Untuk berdoa kasah kala rasa takut mencengkeram otak dan hati kita.
Wallahualam.
Penulis: Agus Kurniawan, S.Sos.I.
(Ketua LTN PCNU Ketapang)