ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠّﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ
ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩُ ﻭَﻧَﺘُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻭَﻧَﻌُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ
ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ . ﺍَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥْ ﻻَ ﺍِﻟﻪَ ﺍِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ
ﻭَﺍَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. ﺍَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ : ﻓَﻴَﺎﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ : ﺍُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﻭَﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﺘَﻘْﻮَ
ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻃَﺎﻋَﺘِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮْﻥَ . ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻓِﻰ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳْﻢِ : ﻳَﺎﺍَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ
ﺍَﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺍِﻻَّ ﻭَﺍَﻧْﺘُﻢْ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮْﻥ
Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Marilah kita bersama-sama meningkatkan kadar takwa kita
kepada Allah SWT, dalam arti menjalankan
segala perintah-perintahNya serta berusaha menjauhi segala
larangan-laranganNya.
Jamaah rahimakumullah,
Sejarah pelaksanaan ibadah qurban itu sama tuanya dengan
sejarah umat manusia. Di dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 27, Allah SWT
berfirman :
وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ
نَبَأَ ٱبْنَىْ ءَادَمَ بِٱلْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا
وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ ٱلْءَاخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ .
Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka
tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka
(kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain
(Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, "Sungguh, aku pasti
membunuhmu!" Dia (Habil) berkata, "Sesungguhnya Allah hanya menerima
(amal) dari orang yang bertakwa." (Q.S. Al-Maidah: 27)
Pada zaman Nabi Ibrahim as beliau melaksanakan ritual qurban
dengan menyembelih hewan ternak, lalu dibagikan kepada fakir miskin, sebagai manifestasi syukur
kepada Allah SWT yang telah menunjukkan
kekuasaan-Nya dengan melakukan penyembelihan hewan tiap tahun yang diridhai
Allah menjadi sebuah ibadah. Kemudian Allah SWT meningkatkannya kepada Nabi
Muhammad SAW dan umatnya menjadi suatu ibadah islamiyah yang bersifat amaliyah,
yang dilakukan secara istiqamah dan mudawwamah pada tiap-tiap hari raya Haji
dan tiga hari sesudahnya (ayyam al-tasyriq).
Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah SWT :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ
جَعَلْنَا مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ
ٱلْأَنْعَٰمِ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ فَلَهُۥٓ أَسْلِمُوا۟ وَبَشِّرِ ٱلْمُخْبِتِينَ
.
“
… dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan saat penyembelihan qurban
supaya mereka menyebut asma Allah, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itu, berserah dirilah kamu kepadaNya dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang tunduk dan patuh” (QS. Al-Hajj ayat 34).
Dari sini jelaslah bahwa penyembelihan qurban sebagaimana
diperintahkan oleh Alah SWT melalui para nabi dan rasulNya mempunyai perbedaan
yang sangat mendasar, baik motivasi, tata cara maupun aspek-aspek yang
terkandung di dalamnya. Ibadah qurban sebagaimana yang didiskripsikan dalam
surah Al-Hajj tersebut mengandung ketenuan syar’i (agama) yakni bahwa hewan
ternak yang dimaksud adalah hewan yang telah ditentukan oleh syara’, sebagai
rasa syukur atas nikmat rezeki yang telah Allah karuniakan dan agar menjadi
hamba-hamba yang berrah diri, tunduk dan patuh kepada ajaran-ajaranNya.
Jama’ah rahimakumullah,
“Kurban” dalam Bahasa Indonesia berasal dari “qurban” dalam
Bahasa Arab. Dari akar kata qoriba atau qoruba, lalu menjadi qurbaanan atau
qirbaanan. Artinya menghampirkan diri atau mendekatkan diri.
WJS Poerwadarminta mengartikan kurban atau korban dengan
pemberian untuk menyatakan kebaktian kepada Tuhan. Secara istilah syari’ah, KH
Saefuddin Zuhri qurban diartikan dengan mempersembahkan suatu bentuk ibadah
(mental, spiritual dan material) bahkan keselamatan nyawa sekalipun dengan
tujuan mendekatkan diri kepda Allah SWT.
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang qurban dapat kita temukan pada
surah Saba’ ayat 37, al-Zumar ayat 3, al-Dzariyat ayat 27, Maryam ayat 3, Ali
Imran ayat 45 dan 183, al-Ahqaf ayat 11 dan 18 dan lain sebagainya. Jumhurul
Ulama berpendapat, melaksanakannya adalah sunnah muakkadah, yakni sunnah yang
sangat dianjurkan. Sekurang-kuragnya derajat hukum qurban itu hampir mendekati
wajib.
Ibadah qurban, bukanlah sekedar upacara ritual penyembelihan
hewan ternak, lalu dibagikan kepada
mereka yang membutuhkan. Namun apabila direnungkan lebih mendalam sesungguhnya
dalam ibadah qurban itu mengandung pesan-pesan religi dan sosial yang
kemanfaatannya bukan hanya dirasakan oleh pelaksananya (yang berqurban) tetapi
juga oleh orang banyak. Ada tiga aspek yang terkandung dalam ibadah qurban itu,
yakni :
1. Aspek ‘Ubudiyah
Sesuai dengan namanya “qurban” maka ibadah ini adalah
mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT., sebagai kewajiban bagi makhluk
untuk menghambakan diri kepada Sang Khaliq, mempersembahkan segala sesuatunya
semata-mata sebagai manifestasi atas derajat kehambaan dirinya di hadapan Allah
SWT. Dengan kata lain, ibadah qurban itu dapat merapatkan hubungan yang bersiat
vertikal dengan Allah. Melaksanakannya berarti merupakan simpanan atau tabungan
(investment) untuk kebahagiaan di akhirat kelak.
2. Aspek Ijtima’iyah
Disamping mengandung nilai religi, qurban juga bernilai
sosial (ijtima’i), bilamana fakir miskin dan orang-orang di sekitar kita sudah
merasakan pembagian daging qurban, maka nuansa solidaritas dan kebersamaan akan
sangat terasa. Di tengah pergaulan global dewasa ini, dimana manusia satu sama
lain sudah disibukkan dengan aktifitas individualistis maka qurban adalah salah
satu alternatif perekat hubungan yang bersifat horizontal antar sesama manusia.
3. Aspek Tarbiyah
Tidak dapat disangkal bahwa qurban adalah sarana edukatif
(al-Tarbiyah) yang efektif. Qurban mengandung nilai-nlai universal yang menjadi
fondasi utama pendidikan. Di dalamnya mengandung pemaknaan kedewasaan berfikir,
bertindak dan bersikap. Bahkan ada tiga kecerdasan sekaligus yang dapat dipetik
dari ibadah qurban (intisari dari pendidikan yang universal) yakni kecerdasan intelektual,
kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional.
Kaum muslimin siding Jum’ah rahimakumullah,
Pokok pangkal dari ibadah qurban adalah segala sesuatu
; harta-benda, nyawa sekalipun
semata-mata mencari keridloan Allah SWT, sifat ikhlas dan rela berkorban inilah
yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim as, manakala menerima perintah Allah untuk
menyembelih putranya (QS. Ash-Shoffat : 100-101). Semoga kita semua termasuk
golongan muqarrabin (orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah secara
penuh). *
وَٱلْعَصْرِ. إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ . إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ.
وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ
اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم
فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ
فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ
وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ
خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ َ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً
وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ .
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى
اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ
وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.
Penulis : Muhammad Nashir Syam
Wakil Sekretaris
PCNU Ketapang