اَمَّا بَعْدُ فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ
اتَّقُواالّلَه حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ *
Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Pertama dan yang utama marilah kita panjatkan puja sepadat
jiwa serta puji sepenuh hati kehadhirat Allah Swt Rabbul Izzati, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahNya sehingga Alhamdulillah sebentar
lagi kita bersama akan menunaikan salah satu kewajiban kita, yakni melaksanakan
shalat Jum’ah berjamaah.
Shalawat seiring
salam semoga terlimpahruah kepada nabi akhir zaman, Baginda Nabi Besar
Muhammad Rasulullah Saw yang senantiasa kita rindu-rindukan syafa’atnya hingga
hari kemudian.
Marilah kita bersama meningkatkan kadar takwa kita kepada
Allah Swt. Takwa dalam arti menjalankan
segala perintah-perintahNya serta berusaha dan berusaha terus untuk menjauhi
segala larangan-laranganNya.
Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Allah SWT berfirman :
أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ
ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ
إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ
إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٣
“Adakah kamu hadir ketika Ya´qub
kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa
yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu)
Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya" (QS. Al-Baqarah : 133)
Siapakah yang dimaksud Ya’qub pada ayat tersebut ? Dia
adalah Nabi Ya’qub as ; putra Ishaq bin Ibrahim as. Dia mendapatkan gelar
“Israil”, karena sering melakukan perjalanan malam hari. Oleh karenanya
keturunan Beliau disebut dengan Bani Israil. Nabi Muhammad SAW sebagaimana
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari menyebut Nabi Ya’qub
dengan “Al-Karim bin Al-Karim bin Al-Karim”, yang artinya : Yang mulia putranya
yang mulia putranya yang mulia. Karena baik Ya’qub sendiri maupun ayahnya
(Ishaq) dan datuknya (Ibrahim) semuanya nabi/rasul Allah. Bahkan dari salah
seorang putranya, yaitu Yusuf diangkat pula sebagai nabi dan selanjutnya banyak
menurunkan nabi-nabi. Nabi Ya’qub as memiliki 12 orang putra, dari 4 orang
isteri (Lea, Rahel, Bilha dan Zilpa). Putra ke 11 bernama Yusuf as sedang yang
ke-12 bernama Bunyamin (dari isterinya yang bernama Rahel).
Dari ayat di atas Allah menceritakan, tatkala Nabi Ya’qub as
“menyadari” bahwa dirinya sudah mendapati tanda-tanda kematian, beliau mengumpulkan
putra-putranya kemudian bertanya, “Anak-anakku, seandainya Ayah meninggal nanti
…apa yang akan kalian sembah”
Sebuah pertanyaan sederhana dan ringan. Namun sejatinya
memiliki makna yang sangat mendalam. Sebelum kita sampai ke sana, terlebih
dahulu mari kita telisik apa tanda-tanda kematian itu.
Jamaah rahimakumullah,
tanda-tanda kematian secara umum itu adalah :
Pertama, adalah usia : Rasulullah SAW bersabda :
اَعْمَارُاُمَّتِىْ مَابَيْنَ السِّتّيْنَ
اِلَى السَّبْعِيْنَ وَاَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ
Yang artinya : “Usia umatku umumnya berkisar 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali diantara mereka melewati angka itu” ( HR. At-Tirmidzi)
Kedua, timbulnya berbagai macam penyakit dalam dirinya.
Ketiga, mulai berkurangnya fungsi-fungsi tubuh misalnya pendengaran sudah mulai
berkurang, penglihatan berkurang dan sebagainya. Kemudian yang ketiga, mulai
melemahnya fungsi akal ; melemahnya daya ingat, mulai sering lupa dan lain
sebagainya. Jam’ah rahimakumulah, itulah ciri-ciri atau tanda-tanda bahwa
kematian sudah dekat.
Kita kembali ke surah Al-Baqarah ayat 133 di atas, sejatinya
“kekhawatiran” Ya’qub itu adalah kekhawatiran para orangtua terhadap masa depan
tauhid anak-anak cucunya. Apakah generasi yang kelak akan ia tinggalkan
generasi siap melanjutkan misi kebaikan para orangtuanya ataukah justeru
sebaliknya. Sehingga Nabi Ya’qub as bertanya dengan nada berat :
مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ
"Apa yang kamu sembah sepeninggalku?"
Kehawatiran mana sebagaimana tergambar pada ayat lain,
khususnya di surah An-Nisa ayat 9 :
Allah SWT berfirman :
وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ
خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ
وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا ٩
“Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar “ (QS. An-Nisa : 9).
Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya Lubabun Nuqul fi
Asbabun Nuzul menjelaskan bahwa sababun nuzul dari ayat tersebut adalah terkait
dengan pertanyaan Sa’ad Ibnu Abi Waqash, “Ya Rasulullah, aku memiliki harta
yang banyak sedangkan pewarisku hanya anak perempuan. Bolehkah aku menyedekahkan
2/3 nya saja ? Rasul menjawab : Tidak boleh. Bagaimana kalua 1/3nya saja ya
Rasul. Beliau menjawab : Tidak boleh…”
Dapat ditarik kesimpulan, pesan Nabi terhadap Sa’ad
bahwasanya meninggalkan ahli waris berkecukupan lebih baik dari pada
meninggalkan mereka dalam keadaan kekurangan. Secara eksplisit ayat ini
memberikan peringatan kepada kita untuk tidak meninggalkan ahli waris atau
keturunan kita dalam keadaan lemah (Dzurriyatan dhi’afan).
Lemah apa yang harus kita khawatirkan ? Menurut Prof.
Habibie (Presiden RI ke-3) ada lima kelemahan yang harus kita waspadai pada
generasi saat ini yaitu :
1. Lemah fisik (harus diikhtiari
dengan pemberian asupan gizi dan nutrisi dari mulai dalam kandungan sampai usia
balita, dan selalu menjaga makanan yang halalan thaiyyiban).
2. Lemah harta (harus diikhtiari
dengan tetap memprioritaskan kecukupan harta untuk anak-anak yang kita
tinggalkan)
3. Lemah ilmu (harus diikhtiari
dengan memberikan bekal pendidikan (ilmu) yang cukup kepada putra-putri kita)
4. Lemah akhlak (harus diikhtiari
dengan membentengi putra-putri kita dengan pembiasaan budi pekerti yang mulia
atau pendidikan akhlak)
5. Lemah iman (harus diikhtiari
dengan pendidikan tauhid sedini mungkin, tauhid tetap yang utama dan pertama).
Kaum muslimin sidang jum’ah rahimakumullah,
Pendidikan utama untuk generasi muda itu, sebagaimana yang
diisyaratkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an :
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ
يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ
١٣ وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ
وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ
١٤
“Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar"
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu “ ( QS Luqman :
13-14)
Dari ayat di atas
dinyatakan bahwa pendidikan yang utama dan pertama harus di tanamkan kepada
generasi kita adalah tauhid, yakni jangan sekali-kali mempersekutukan Allah.
Kemudian yang kedua adalah kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orangtua.
Jadi generasi tangguh yang kita semua harapkan adalah
generasi yang kuat imannya, cerdas otaknya, terampil/cekatan fisiknya dan mulia
budi pekertinya. Dalam istilah pendidikan modern kita kenal dengan ;
intellectual quotients (kecerdasan intelektual), spiritual quotienst
(kecerdasan spiritual), emotional quotients (kecerdasan emosional) dan
financial quotients (kecerdasan finansial).
Tentu harapan ini tidak bisa simsalabim adakadabra, akan
tetapi memerlukan ikhtiar dzahir dan batin dari para orangtua, pendidik dan
lingkungan sekitarnya.
اللهم اجعلنا واولادنا وتلاميذنا من اهل العلم
واهل الخير ولاتجعلنا واياهم من اهل الشرو الضير
“Ya Allah jadikanlah kami ; putra-putri kami dan murid-murid kami sebagian dari golongan ahli ilmu (pintar) dan ahli kebaikan (benar). Jangan jadikan kami, hindarkanlah kami dari ahli keburukan dan kejahatan”
Semoga Allah SWT senentiasa membimbing kita agar menjadi
orang-orangtua yang saleh yang melahirkan generasi yang saleh pula. Karena
bagaimanakah bisa dilahirkan generasi yang baik, generasi yang saleh, generasi
yang tangguh sebagaimana yang kita harapkan bersama seandainya orangtuanya
sendiri tidak bisa dijadikan contoh dan teladan bagi putra-putrinya.
وَٱلۡعَصۡرِ
١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ
٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ
وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ
اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم
فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ
اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى
يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ
الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ َ مَا ظَهَرَ
مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ
عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ
وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ
اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Oleh : Muhammad Nashir Syam
Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Ketapang