اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ~ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِى وَفَّقَنَا لِأَدَاِ أَفْضَلِ الْعِبَادَةِ
~ اَشْهَدُ اَنْ لآءِلَهَ اِّلاَاللَّهُ
وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ الاَرَضِيْنَ وَالسَّمَاوَاتِ ~ وَاَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُوْلُهُ اَلْمُؤَيَّدُ بِأَفْضَلِ الْاَيَاتِ
وَالْمُعْجِزَاتِ ~ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا
وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ بِحَسَبٍ تَعَاقُبِ
الْاَوْقَاتِ وَ السَّاعَاتِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا ~اَمَّا بَعْدُ فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ
اتَّقُواالّلَه حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ *
Segala puji bagi Allah
yang Maha Pengasih tak pilih kasih dan
Maha Penyayang bagi orang-orang yang beriman.
Segala puji bagi
Allah yang telah menganugerahkan kita negeri yang kaya raya; gemah
ripahloh jinawi, hijau merimbuni
daratannya, biru lautan di sekelilingnya. Dengan penduduknya yang berjumlah 265
juta jiwa, dihiasi 1.340 suku bangsa, dilengkapi 742 beragam bahasa, berbagai
satwa langka dan flora yang menghijau mempesona, negeri yang menyimpan sejuta
kekayaan alam tiada tara, pulau-pulaunya berjumlah 17.504 buah yang indah
membentang dari Sabang hingga Papua.
Shalawat seiring
salam semoga terlimpahruah kepada nabi akhir zaman, Baginda Nabi Besar
Muhammad Rasulullah Saw yang senantiasa kita rindu-rindukan syafa’atnya hingga
hari kemudian.
Marilah kita bersama meningkatkan kadar takwa kita kepada
Allah Swt. Takwa dalam arti menjalankan
segala perintah-perintahNya serta berusaha dan berusaha terus untuk menjauhi
segala larangan-laranganNya.
Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 13
:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم
مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat :
13).
Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia
dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya
berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling
mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai
orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau
kekayaannya karena yang paling mulia di antara manusia di sisi Allah hanyalah
orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Dari ayat itupun jelaslah bahwa berbeda itu sebuah
keniscayaan. Berbeda warna kulit, ras, suku bangsa, berbeda bahasa, berbeda
adat budaya, dan bahkan berbeda agama dan keyakainan.
Yang terakhir ini, yang tadi saya sebutkan yakni berbeda
agama dan keyakinan sering menjadi sebuah pemicu terjadi konflik baik vertical
maupun horizontal. Saya yakin, perbedaan ras, suku dan budaya di tengah-tengah
kemajemukan Indonesia sudah selesai. Tetapi berbeda agama dan keyakinan sekali
lagi masih menjadi titik potensi konflik, yang sekali-kali bisa meletup ke
permukaan. Oleh karenanya diperlukan kearifan dan kesadaran kolektif dari kita
bersama bahwa berbeda itu sebuah keniscayaan atau dalam teks agama disebut
dengan sunnatullah.
Sikap berlapang dada menerima segala perbedaan yang ada,
dalam terminologi Islam dikenal dengan tasammuh atau lazim disebut toleransi.
Kaitannya dengan perbedaan keyakinan agama, ada tiga macam kerukunan umat
beragama. Yakni ; kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama
dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah,
Yang pertama adalah kerukunan intern umat beragama.
Pada setiap agama, khususnya Islam (misalnya) ada perbedaan
dalam masalah fiqhiyah furu’iyah. Perbedaan itu terjadi bisa jadi
dilatarbelakangi oleh cara pandang atau metodologi para ulama fiqih dalam mempersepsikan dan menginterpretasikan
sebuah kasus hukum yang terjadi di tengah-tengah umat. Dan perbedaan ini pasti
terjadi, bahkan nabi saw sendiri sudah memberikan sinyal pasti akan terjadi
“ikhtilafu ummati rahmah” perbedaan pendapat di kalangan umatku sejatinya
adalah rahmat. Perbedaan di intern umat beragama hendaknya dijadikan sebagai
sebuah ruang terbuka untuk kita selalu belajar dan terus belajar, mencari titik
temu demi maslahah ‘aammah atau kebaikan bersama.
Yang kedua adalah kerukunan antar umat beragama.
Setiap agama memiliki dogma yang pasti berbeda satu sama
lain. Dogma adalah suatu keyakinan
terhadap sesuatu yang tidak boleh diubah oleh adanya akal rasio atau pendapat
atau ide manusia. Misalnya dalam hal
teologi atau eksistensi ketuhanan beserta konsep ketuhanannya. Bahasan ini
adalah termasuk bahasan yang tidak bisa ditolerir, sebab ini bersifat prinsip
dan fundamental. Oleh karenanya, toleransi itu tidak berlaku dalam masalah
akidah dan ibadah. Biarkan mereka dengan keyakinannya dan kita dengan keyakinan
kita. Tetapi harus diakui pula bahwa pada dasarnya setiap agama itu memiliki
aspek dan nilai-nilai kemanusiaan yang sama.
Pesan-pesan moral agar saling menghormati, saling menghargai
satu sama lain, peduli terhadap lingkungan alam sekitar dan lain sebagainya.
Nilai-nilai kemanusiaan yang sifatnya universal inilah yang mesti kita eratkan.
Maka toleransi di sini dibenarkan dalam bidang sosial kemasyarakatan dan
hubungan antar manusia atau mu’amalah.
Pesan-pesan moral kemanusiaan itu tercermin jelas misalnya
pada sabda Nabi SAW :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْاَخِرُفَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْاَخِرُفَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maka muliakanlah tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka muliakanlah tamunya…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam keterangan Hadits Arbain Syaikh Nawawi Al-Bantani
dijelaskan bahwa tetangga dan tamu dalam teks hadits tersebut ditujukan untuk
semua, baik muslim maupun non muslim.
Mari kita simak kalam ilahi surah Al-Hujurat ayat 11 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ
قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ
مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا
اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ
الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ١١
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan
itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula
perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi
perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang
mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan
julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah
beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.”
Dalam surah Al-Hujurat pada ayat ke-11 Allah melarang kita
saling merendahkan antar komunitas, karena merasa paling benar dari yang lain.
Kemudian saling mencela dan bahkan memanggil dengan panggilan yang menyakitkan.
Pada ayat ke-12 kita dilarang berburuk sangka, mencari-cari keburukan orang dan
menggunjing (ghibah) satu sama lain.
Maasyirol muslimin rahimakumullah,
Yang ketiga adalah kerukunan
umat beragama dengan pemerintah.
Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ
ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (QS. An-Nisaa ayat 59)
Ayat di atas sudah jelas mewajibkan kita untuk taat kepada
Allah, Rasul dan Ulil Amri. Kewajiban taat kepada Allah dan Rasul adalah
kewajiban total dan bersifat mutlak, dan itu direfleksikan dengan ketaatan kita
kepada para ulama. Karena para ulama-lah yang menyambung risalah perintah
agama. Kemudian siapakah ulil amri itu ? Ulil amri adalah pemerintah. Kewajiban
kita dalam hal ini tidaklah bersifat mutlak, perintah ulil amri wajib ditaati
apabila sesuai dengan syariat agama dan tidak wajib mentaatinya apabila
bertentangan dengan agama.
Imam Al-Ghazali dalam Kitabnya Ihya Ulumuddin menyebutkan
sebuah hadits. Bahwa Rasulullah SAW bersabda :
صِنفانِ من أمّتي اذا صَلَحا صلُحَ الناسُ واذا
فسدا فسد الناسُ الأمراءُ والعلماءُ
“Ada dua kelompok dari umatku, apabila keduanya baik,
maka akan baiklah seluruh manusia, dan apabila keduanya rusak, maka akan
rusaklah seluruh manusia. Dua kelompok itu adalah umara dan ulama”
Komunitas umat beragama dan pemerintah adalah dua komponen
yang sangat penting. Apabila keduanya rukun, bekerjasama atau bersinergi maka
akan menimbulkan maslahat bagi semua umat manusia. Apabila salah satu dari
kedua komponen itu berseberangan atau dengan kata lain bermusuhan, maka
kekacauanlah yang akan terjadi.
Ulama dan para tokoh agama dengan pemerintah haruslah rukun,
saling bekerjasama, bersinergi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Pemerintah wajib mendengarkan dan mentaati nasehat dan
pertimbangan-pertimbangan konstruktif dan positif dari para ulama. Demikian
pula ulama dan tokoh agama harus mempercayakan sepenuhnya teknis pembangunan
materil di lapangan yang dilaksanakan pemerintah.
Mari kita tegakkan dan kuatkan kembali tiga pilar Tri
Kerukunan dalam bingkai kemajemukan. Tri Kerukunan sebagaimana yang dimaksud
adalah : Kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan
kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Dengan Tri Kerukunan itu insya Allah
kita akan mencapai negeri yang Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. Serta
Ketapang yang maju dan sejahtera. Aamiin ya Rabbal Alamin.
وَٱلۡعَصۡرِ. إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ .
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ
وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ
اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرً.
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ
خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ
لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا
مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ َ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَز رَبَّناَ لاَ
تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ . رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ
وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
Oleh : Muhammad Nashir Syam
Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Ketapang
Disampaikan di Masjid Agung Al-Ikhlas Ketapang, 17 Juni 2022