NU KETAPANG - Ketua PCNU
Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat KH Jema’ie Makmur mengatakan, bahwasanya
saat ini banyak umat yang kebingungan dalam memahami sebuah ajaran agama
dikarenakan dengan banyaknya pemahaman-pemahaman yang muncul dan tidak sampai
kepada nalar umat. Kebingungan tersebut dikarenakan minimnya pengetahuan agama
dan keyakinan yang kuat dalam memahami ajaran agama.
Menurut KH
Jema’ie Makmur, tidak sedikit pemahaman yang baru ini telah mengubah tradisi yang
pernah dibawa oleh nenek moyang dan leluhur warga NU atau bahkan para
ulama-ulama NU. Banyak amalah-amalan warga NU yang semuanya dinilai tidak benar
dan dianggap sebagai bid’ah.
“Tahlilan,
membaca Yasin di kuburan, memperingati Maulid, dan lain-lain semuanya mereka
anggap bid’ah yang menyesatkan,” kata Jema’ie Makmur pada acara pengajian di
Masjid Pesaguan Kiri, Sabtu (20/8).
Oleh karena
itu, ia mengingatkan kepada jamaah untuk tidak mudah goyah dengan membenarkan
dan menyakini apa yang mereka katakan. Apapun yang selama ini menjadi amalan
warga NU bukanlah tanpa dalil dan dasar sebagaimana yang banyak mereka
tuduhkan.
“Kita memang
bertaklik kepada ulama yang kita yakini mereka adalah orang shaleh, tidak
diragukan lagi keilmuannya, nasab keilmuannya jelas dan faktanya sampai saat
ini ulama-ulama yang menjadi rujukan warga NU, makamnya tidak putus-putusnya
selalu diziarahi,” Kata Pengasuh Pesantren Hidayaturrahman Ketapang ini.
Pengajian
yang diadakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Hilir
Selatan ini dihadiri Ketua dan dan Sekretaris PCNU Kabupaten Ketapang juga
penceramah dari Pontianak Habib Fahmi Almutahar dan Habib Hamzah Alqadrie.
Hadir para tokoh agama dan undangan serta seluruh jajaran pengurus MWAC NU
Kecamatan Matan Hilir Selatan..
Sementara
Habib Fahmi Almutahar dalam ceramahnya mengatakan, Nahdlatul Ulama adalah
organisasi yang sangat tua yang dibangun oleh KH Hasyim Asy’ari, seorang ulama
besar, ulama karismatik, ulama yang memiliki intelektualitas tinggi.
“Beliau
seorang pendiri NU yang gigih berjuang untuk memberikan keamanan, kenyamanan,
dan kemaslahatan bagi umat pada waktu itu hingga detik ini. Oleh sebab itu bagi
kita yang telah berbai’at kepadanya yang telah menghidupkan organisasi NU ini
bagi seluruh jajaran pengurus itu secara tidak langsung telah berbai’at kepada
KH Hasyim Asy’ari,” Kata Habib Fahmi
Dijelaskannya
KH Hasyim Asy’ari di masa hidupnya berguru kepada seorang ulama besar yaitu
Hadratussyekh KH Kholil Bangkalan, seorang ulama asal Madura.
“Siapa yang
tidak kenal dengan KH Kholil Bangkalan, seorang ulama besar dan banyak
menurunkan generasi-generasi madani, generasi-generasi qur’ani,
generasi-generasi yang menjadi harapan bangsa dan negara serta agama, generasi
yang insyaallah membawa ummat ke dalam ridha Allah Swt,” Jelas Habib
Fahmi
Menurutnya,
KH Hasyim Asy’ari juga juga pernah belajar kepada abah dari As-Sayyid Muhammad
ataupun kakek As-Sayyid Muhammad yang bernama As-Sayyid Abbas bin Alawi bin
Maliki seorang ulama yang berada di kota Haramain yang jumlah karangannya
ratusan kitab, yang murid-muridnya sampai ke generasi anak dan cucunya yaitu
As-Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani RA. Dan
ini merupakan guru dari KH Hasyim Asy’ari pendiri NU.
Habib Fahmi
menjelaskan, kalau umat mau berpikir dan menyadari dengan keadaan umat sekarang
ini, maka harus kembali kepada ulama yang sebenarnya, yaitu mereka yang
keulamaannya nyambung kepada Nabi Muhammad Saw.
“Makanya
kita harus hati-hati di akhir zaman, silakan kita belajar kepada guru manapun,
tetapi kita harus jeli dan teliti, ini nasab keguruannya nyambung atau tidak
kepada Nabi Muhammad. Kalau nasab keilmuaannya tidak nyambung khawatir ilmunya
sesat dan alirannya berbeda,” Kata Habib Fahmi mengingatkan.(Sayfiie
Huddin/Mukafi Niam)
Sumber NU Online