NU
KETAPANG - Konsolidasi organisasi di kepengurusan Nahdlatul
Ulama (NU) Kabupaten Ketapang menjadi penting, sebagai salah satu upaya dalam
membangun kekuatan dan kesolidan seluruh jajaran pengurus disemua tingkatan.
Dengan demikian setiap langkah dan pergerakan organisasi akan memberikan
dorongan positif untuk kemajuan organisasi. Dalam menyelesaikan berbagai
persoalan organisasi akan terasa ringan dan mudah, manakala selalu ada
koordinasi di antara pengurus.
Demikian
Sambutan tertulis Drs. H. Satuki Huddin, M.Si. Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul
Ulama (PCNU) Kabupaten Ketapang dibacakan Wakil Ketua H. M. Syafi’ie Huddin,
S.Ag. pada acara Konsolidasi Organisasi ke Majelis Wakil Cabang (MWC) NU
Kecamatan Singkup. Kegiatan berlangsung Jum’at malam (17/7), di Pondok
Pesantren Bumi Dzikir, Sukasari, Kecamatan Singkup, Kabupaten Ketapang.
Menurut Ketua PCNU
Ketapang, NU didirikan sebagai Jam’iyyah
diniyah ijtima’iyyah (organisasi keagamaan
kemasyarakatan). NU dibentuk menjadi wadah perjuangan para ulama dan
pengikutnya. Kata ulama di NU tidak selalu berarti NU hanya beranggotakan
ulama, tetapi memiliki maksud bahwa ulama mempunyai kedudukan istimewa dalam
NU, karena beliau adalah pewaris dan mata rantai penyalur ajaran Islam yang
dibawa oleh Rasulullah SAW.” Ungkapnya.
“NU
merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan
mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas,
terampil, berakhlak mulia, tentram, adil dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita
dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham
keagamaan yang membentuk kepribadian khas NU.” Ungkapnya.
Baca
juga:
Pada
sambutan tertulis itu, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Ketapang menyampaikan
tujuh pesan kepada seluruh pengurus MWC NU kecamatan. Pertama, Menata
kembali dengan meluruskan niat. Bahwa, berada di NU hanya untuk mengabdi, belajar
dan memperbaiki diri melalui jam’iyah NU, bukan untuk mencari kedudukan,
jabatan, bahkan materi. Atau juga bukan dalam rangka untuk memperbaiki dan
membesarkan NU.
“Siapa
yang mau mengurus NU, aku anggap sebagai santriku. Siapa yang menjadi santriku,
maka akan aku do’akan husnul khatimah beserta keluarganya.” Katanya, mengutip
dauh Rais Akbar pendiri NU Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari.
Kedua,
Agar meningkatkan ghirah atau semangat berkhidmat di NU. Menentukan pilihan
kepada NU sebagai jalan organisasi merupakan jalan yang tepat dan tidak perlu
ragu lagi. NU sudah berada di jalan yang benar dalam beragama, berbangsa dan
bernegara. NU mengikuti ulama yang sudah tidak diragukan lagi keilmuannya.
Begitu pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pilihan NU sudah tepat
memilih Pancasila sebagai ideologi bangsa ini.
Ketiga,
Untuk mewaspadai adanya propaganda anti Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) melalui fitnah dan tuduhan yang tidak benar
dan menyesatkan. Fitnah
dan tuduhan ini terus
meningkat dan berkembang
melalui
berbagai media sosial,
dengan mengatakan bahwa Aswaja an-Nahdliyah adalah faham yang
menyimpang
dari ajaran Islam yang benar, dan kaum Nahdliyin sebagai ahli bid`ah
yang sesat dan menyesatkan.
“Pengurus NU juga harus bisa menjadi
pelindung bagi warganya. Pengurus untuk terus saling mengingatkan warga NU agar
tidak terpengaruh dari ajaran-ajaran atau paham yang bertentangan dengan Aswaja
NU atau bahkan dari aliran-aliran yang menyesatkan. Berpegang teguhlah dalam
beribadah dan beramaliyah sebagaimana yang diajarkan dan diyakini ulama-ulama NU.”
Pinta Ketua NU Ketapang.
Keempat, Seiring dengan maju dan berkembangnya
era digitalisasi di media sosial, pengurus NU agar bisa memanfaatkan kepada hal
yang positif. Bukan untuk dihindari dan tidak harus menjadi korban media
sosial, tetapi dengan kemajuan teknologi dan informasi itu bisa dimanfaatkan
sebagai media dakwah dan untuk menyebarkan kebaikan. Oleh karena itu PCNU
Ketapang sepakat dengan himbauan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) Kyai Said Aqil Siradj, kepada seluruh
Generasi Muda NU dimanapun berada, agar siap memasuki era globalisasi, era
medsos, era online yang sangat-sangat mendesak, agar kita mampu menjaga,
mengawal dan merawat aqidah Aswaja, dan juga menjaga keselamatan NKRI.
Kelima, Pengurus NU harus memiliki empat fondasi utama yang sudah
diwariskan oleh para ulama pendiri NU. Empat pondasi itu adalah amaliyah, fikroh
(pemikiran), harokah (gerakan), dan ghirah (semangat). Pengurus NU harus
mengetahui, memahami dan bisa membedakan keempat fondasi itu dengan organisasi
lain di luar NU.
Dalam
beramaliyah, NU mengusung
ideologi aswaja an-nahdliyyah. Yakni ideologi yang menjaga kemurnian Islam
dengan berpegang pada sunnah nabi dan para sahabat. Dalam Fikroh (pemikiran), NU
senantiasa mengusung nilai-nilai yang berhaluan pada konsep tasammuh (toleran),
tawassuth (pertengahan), tawajjun (seimbang) dan mu'addalah (adil). NU harus
senantiasa teduh. Tidak condong pada pemikiran liberal, tidak pula pada
radikal.
“Orang yang melakukan aksi
terorisme, meyimpan dan meledakan bom, maka itu bukan cara berfikir orang NU.
Ber-NU itu bukan sekedar beribadah atau beramaliyah dengan cara NU, tetapi juga
fikrohnya dengan cara NU, sebab ada yang cara beribadahnya sama dengan NU tapi mereka
bukan NU. Ini yang kadangkala banyak tidak dipahami orang NU.” Kata Syafi’ie,
membacakan sambutan Ketua PCNU Ketapang.
Kemudian dalam Harokah (gerakan), bahwa menjadi NU
tentu harus bergerak sesuai dengan cara NU. Gerakan NU yang baik adalah gerakan
yang selaras dan satu koordinasi dengan keorganisasian NU. Maka tidak dibenarkan, ada orang mengaku NU
namun malah masuk dalam gerakan atau organisasi yang justru bertentangan dengan
gerakan NU. Terlebih masuk gerakan yang ingin menghancurkan NU dan merubah
ideologi bangsa ini, maka hal demikian adalah celaka besar. Sebagai contoh, ada
orang mengaku NU namun masuk dalam gerakan/organisasi yang berafiliasi dengan
salafi wahabi termasuk juga HTI.
“Selanjutnya Ghirah (semangat), Kuatkan hati kita. Orang
NU harus yakini bahwa NU adalah rumah besar kita. Rumahnya para ulama, kiyai,
santri, dan bahkan seluruh masyarakat muslim Indonesia yang sebagian besarnya
adalah NU. Kita yakini bahwa kita lahir sebagai orang NU, tumbuh besar dan mati
pun sebagai orang NU. Jangan ada keraguan dalam hati kita untuk merawat NU.”
Pesannya.
Baca
juga:
Keenam,
Penguatan kapasitas kader NU harus ditingkatkan. Jalankan program organisasi agar
NU terus maju dan berkembang. Berdayakan potensi pengurus sesuai dengan
kapasitas keilmuan dan skil yang dimiliki. Pada akhirnya kehadiran NU
betul-betul dirasakan manfaatnya di masyarakat. Setiap ada permasalahan
dirapatkan dan dikoordinasikan. Pengurus NU harus Ikut aktif dalam memberikan
kontrubusi untuk kemajuan dan pembangunan daerah, bukan malah menjadi
provokator, memanas-manasi warga untuk bertindak diluar koridor hukum.
Ketujuh,
Pengurus NU harus berada dalam satu komando. Banyak
kalangan yang tidak menghendaki NU bersatu dan maju. “Jangan terpengaruh dengan berbagai isu
dan narasi provakatif di media sosial. Tuduhan dan fitnahan yang dialamatkan
kepada NU dan ulama-ulamanya hanya untuk mengkerdilkan dan menghilangan
kepercayaan warganya kepada NU dan ulama-ulamanya. Yakinlah NU didirikan oleh
para ulama dengan istikharahnya. Siapa yang berhadapan dengan NU, merekalah
yang akan hancur sendiri.” Katanya.
Diakhir sambutannya,
Ketua PCNU Ketapang kembali mengingatkan, agar seluruh Pengurus MWC NU
berkometmen membangun kekuatan dan kekompakannya berkhidmat di NU. “Semoga
setiap langkah dan pergerakan kita di NU mendapatkan ridha Allah SWT. dan akan dijadikan
catatan amal ibadah, serta menjadi asbab dikumpulkannya bersama para kekasihNya
dan ulama-ulama NU kelak di syurgaNya.” Tutup Ketua PCNU Ketapang mengakhiri
sambutannya.
Acara Konsoilidasi,
dihadiri seluruh jajaran MWC NU Kecamatan Singkup. Mulai dari Mustasyar,
Syuriyah dan Tanfdziyah. Acara didahului kata pengantar Ketua MWC NU Kecamatan
Singkup, kemudian dilanjutkan sambuatan Ketua PCNU Ketapang, penyampaian
program kerja NU, diskusi dan ditutup dengan do’a. Turut hadir mendampingi
Syafi’ie, Wakil Sekretaris PCNU Ketapang Safrudin, S.Pd.I., MM.
Konsolidasi
organisasi dilaksanakan di seluruh kecamatan se Kabupaten Ketapang, dengan
menurunkan tim sebanyak 12 orang. Jadwal selanjutnya menurut Syafi’ie sebagai
kordinator wilayah lima akan dilanjutkan ke Kecamatan Air Upas, Manis Mata dan
berakhir di Kecamatan Marau. (anuk).