NU KETAPANG - Kehidupan keberagamaan di Indonesia akhir-akhir ini sedikit terusik dengan dinamika tahun politik, ditambah lagi dengan era sekarang yang disebut dengan masyarakat digital.
Hal itu dikatakan Drs. KH. Moh. Faisol Maksum Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Ketapang saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Seminar Kebangsaan dan Bedah Buku Pusaka Kebangsaan Sinergisitas Islam dan Indonesia, di ruang rapat utama lantai tiga Kantor Bupati Ketapang, Sabtu (16/01).
Baca juga:
"Maka sepertinya provokasi dan propaganda menjadi menu wajib dalam dunia media sosial. Yang semua itu selalu dibalut dengan faham agama. Bila hal itu dibiarkan maka akan menjadi embrio disintegrasi bangsa. Sehingga berpotensi mengancam terhadap empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 45." Katanya.
Dengan terus bersemangat untuk membangun moderasi dalam keberagaman menurut Kyai Faisol, adalah solusi yang tepat. Maka beliau meminta untuk terus ditumbuhkan semangat itu, bahwa perbedaan dan keberagaman adalah Sunnatullah. Karena dari perbedaan itulah sesungguhnya kebesaran bangsa ini bisa terwujud.
Baca juga:
Dikatakan lebih lanjut, salah satu tokoh yang mampu memberikan ketauladanan dengan mengusung gagasan Islam Rahmatan Lil Alamin adalah KH. Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU masa khidmat 2009-2010. Beliau menampilkan wajah Islam yang khas, komprehensif dan holistik.
"Paling tidak ada tiga metode yang ia gunakan mengkampanyekan konsep tersebut. Pertama, pendekatan dakwah. Kedua, Pendekatan hukum. Dan ketiga adalah pendekatan politik. Ketiganya dapat membawa Islam dengan rahmah, damai dan lemah lembut." Tutup Kyai Faisol. (anuk).