NU KETAPANG - Ada penilaian yang berbeda dari Herisas, S.Ag., SH., M.HI, tentang sosok beberapa figur yang akan dicalonkan sebagai Ketua Tanfidziah PWNU Kalimantan Barat di konferwil ke-8 mendatang, khususnya kepada Dr. H. Syarif, MA. yang saat ini lagi sedang hangatnya dibicarakan di internal organisasi, baik di level kepengurusan NU maupun banom NU.
Herisas yang saat ini menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua PCNU Ketapang menilai sah-sah saja jika ada yang pro dan kontra atas penerimaan Syarif yang akan dicalonkan dalam kontestasi pemilihan ketua tanfidziyah.
"Saya melihat ini adalah sebuah dinamika dalam berorganisasi, tentu dalam rangka proses pendewasaan. Saya yang saat ini berada dalam posisi netral, tetap menghargai siapapun, termasuk yang menolak memberikan dukungan kepada dia" katanya.
Hanya saja menurut mantan Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) PCNU Ketapang ini, sebisa mungkin proses tabayyun bisa dilakukan. Memang objektifnya harus dilaksanakan dulu.
"Proses ini baru dalam tahap perguliran. Hari ini belum digelar Konferwil. Dia belum menyatakan secara pasti sebagai calon atau tidak. Nanti dalam prosesnya disitu bisa ditanya di Konferwil. Kalau perlu bikin fakta integritas. Apakah benar anda ini seperti ini?," jelas Herisas, pengurus IKA PMII Kalbar ini.
Sama analoginya begini kata Herisas, kalau sudah masuk NU, apalagi lalu kemudian menjadi pengurus, satu periode lagi, maka tidak bisa terbantahkan bahwa orang itu sudah menjadi Nahdliyyin.
Mencontohkan dauh Gus Baha ketika kafir dan musyrik 70 tahun, lalu kemudian melafadzkan Laailaaha illallah, maka sudah diampuni dosanya, dan sudah menjadi muslim. Analoginya seperti itu.
"Maka ketika jadi pengurus sirnalah isu-isu yang dibelakang itu. Ketika sudah menjadi kader Nahdlatul Ulama, mengikuti MKNU, maka habislah persoalan pemikiran-pemikiran yang lain," jelasnya.
Menurut Herisas, proses khosnudzon dalam konteks berfikir sepertinya harus dimunculkan di dalam kerangka mendorong agar semua itu dinamis dalam berfikir.
Jadi, menurut pria ini kalau bisa mengistimbatnya kepada pemikiran Gus Baha itu, maka dianggap sama analoginya dalam berorganisasi ketika menjadi pengurus NU atau mengikuti pengkaderan MKNU maka sudah tidak ada lagi mempersoalkan yang dipertentangkan itu, intinya seperti itu.
Kendati diakuinya bahwa pemikiran dan pandangan Herisas bukan dalam kapasitas sebagai keterwakilan PCNU Ketapang, namun ia menilai bahwa Dr. Syarif saat ini adalah sosok figur yang signifikan untuk memimpin NU Kalbar.
"Relatif tidak ada kandidat yang cukup signifikan hari ini, kecuali Syarif. Dia adalah sebagai calon yang representatif yang memiliki hubungan harmonis dengan PBNU dan jajaran kementerian di pusat. Syarif juga salah satu pengurus di PBNU di bagian hukum," ungkapnya.
Penilaian itu bukan tanpa alasan bagi Herisas, Bahkan menurut ia, hari ini hanya Syarif yang cukup mumpuni untuk di Kalbar, pertama domisili. Kedua, jaringan ditingkat provinsi. Ketika, komunikasi intens secara internal dengan PBNU dan keempat, jabatan fublic sebagai Rektor.
"Saya malah berfikir, mundurnya Konferwil NU Kalbar disinyalir adalah dalam konteks untuk memberikan ruang terhadap saudara Syarif untuk melakukan perannya dalam penguatan dukungannya," Tutup Herisas. (anuk).