NU KETAPANG - Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah dijadikan dalam
keadaan sempurna ( fii ahsani taqwiim )baik ditinjau dari fisik maupun akal
fikirannya, sehingga dikatakan " alhiwanu naatiq" yaitu hewan yg
berakal. Manusia berbeda dengan makhluk lain, dari kesempurnaan itu ada akibat
hukum yang di amanah kan oleh sang pencipta kepada manusia. Bahwa semua amal
perbuatan harus dipertanggungjawabkan dan ada ganjaran balasan pahala atau
siksa yang akan diberikan.
Pertama kali ruh ditiupkan kepada sang bayi yang berada
dalam kandungan ibunya, secara fitrah manusia mengakui bahwa sang pencipta alam
semesta ini adalah Allah SWT. disebutkan dalam Al Qur'an surat Al a'raf ayat
172 " dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman) bukankah aku ini tuhanmu ? mereka menjawab : betul (Engkau tuhan
kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: " Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan) ..
Persaksian terhadap keesaan Allah SWT hakekatnya adalah
persaksian akan ketaatan manusia terhadap apapun yang ditetapkan oleh-Nya, baik
baik perintah atau larangan. Dalam perjalanan hidup yang diarungi pada
kenyataannya banyak manusia yang menyimpang dari kesaksian yang telah
diberikannya kepada Allah swt , mereka ingkar terhadap akidahnya, mereka
langgar perintah-perintah Nya, mereka kerjakan larangan - larangan Nya. Bahkan
apa yang diperbuat manusia lebih hina daripada binatang. disebutkan dalam
firman Allah SWT surat Al a'raf ayat 179 : " dan sesungguhnya kami jadikan
untuk ( isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ( ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah ) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat ayat Allah) mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang orang yang lalai.
Beruntunglah manusia terhadap waktu yang diberikan Allah SWT
bahwa di dalam waktu tersebut ada satu bulan yang diperuntukkan bagi manusia
sebagai wadah pendidikan, mengembalikan karakter fitrah manusia, menjaga
ketaqwaan kepada Nya, sehingga manusia dapat menghindari dari jurang kehancuran
yaitu bulan suci ramadhan.
Pendidikan karakter yang dapat dipetik dari madrasah
ramadhan adalah pertama, ramadhan mengembalikan ketauhidan/aqidah manusia
kepada Allah SWT. Ibadah puasa yang di jalankan mengingatkan manusia bahwa
dimana pun ia berada selalu dalam pengawasan dan penglihatan Allah SWT. Ketika
seorang sedang berpuasa mudah baginya untuk membatalkan puasanya dan berbohong
kepada orang lain bahwa ia sedang berpuasa. Tetapi ia yakin bahwa Allah SWT
tidak bisa dibohongi atau di tipu, sebab Allah SWT adalah maha melihat lagi
maha mengetahui.
Kedua, ramadhan mengikis sifat tamak dan rakus dalam diri
manusia. Puasa yang di jalankan memberikan pelajaran bagaimana rasa menderita
ketika tidak mempunyai apa-apa. Hal ini mendorong tumbuhnya sifat sosial dan
empati atas penderitaan, sehingga menimbulkan keinginan untuk berbagi terhadap
kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada orang lain yang benar benar
membutuhkan.
Ketiga, ramadhan mendidik manusia bahwa ia adalah makhluk
yang sangat lemah, tidak pantas berlaku sombong. Menahan haus dan tidak boleh
makan ketika berpuasa menyadarkan manusia itu sesungguhnya adalah lemah tidak memiliki
kekuatan apapun. Tidak ada data dan kekuatan kecuali datang dari Allah SWT.
Keempat, ramadhan menumbuhkan karakter sifat sabar dalam
diri manusia. Kesempurnaan puasa akan dapat diraih dengan syarat diiringi
kesabaran. Sabar dalam menderita menahan lapar dan dahaga, sabar untuk tidak
bermaksiat, sabar mentaati perintah Allah SWT. Ketiga bentuk kesabaran tersebut
sesungguhnya adalah kesabaran yang harus dimiliki manusia dalam menjalankan
kehidupannya di dunia, yang akan membentenginya dari sifat putus asa.
Ramdhan memberikan pelajaran yang indah kepada manusia, jika
empat karakter tersebut dapat dipetik dalam menjalankan ibadah puasa, yaitu
menanamkan aqidah, menjauhi sifat sombong, rakus dan tamak serta membentengi
diri dengan sifat sabar, maka bisa dipastikan insyaallah akan dapat
menyelamatkan manusia dan menggiringnya kembali pada fitrah kesucian... Minal
a'idin wal faa iziin...
Oleh : H. Muhammad Zulkarnain, S.Ag.
Penulis : Ketua Lembaga Dakwah NU Ketapang