NU KETAPANG - Beberapa bulan terakhir ini bangsa indonesia sibuk dengan
hajat besar untuk suksesi kepemimpinan nasional. Sebuah kontestasi yang di
agendakan tiap lima tahun sekali sebagai wujud dari pengembangan sila ke empat
dari pancasila dengan bentuk sebuah demokrasi dalam menggapai cita cita bangsa
yang ada dalam sila kelima yaitu "keadilan sosial bagi seluruh bangsa
indonesia".
Sebuah pertunjukan yang pada dasarnya adalah untuk tujuan
mulia bagi kesejahteraan bersama. Seluruh perhatian elemen bangsa tercurah pada
hajat lima tahunan tersebut. Hingga menguras seluruh perhatian publik dan
seluruh media cetak, elektronik ataupun media sosial. Seakan akan tidak ada
tema yang lebih menarik untuk dibahas selain membahas pileg dan pilpres.
Perhatian itu sampai menguras pikiran, tenaga bahkan emosi publik yang bahkan
menjadikan bangsa ini terpolarisasi akibat efek uforia yang berlebihan sehingga
kebanyakan diantara mereka melupakan tujuan yang semestinya ketika menjalani
kehidupan alam semesta.
Sebenarnya disaat sibuknya bangsa kita memperbincangkan
permasalahan agenda lima tahunan itu, perlahan tapi pasti ada "tamu
mulia" yang mendatangi kita bersama. Tamu tersebut dalam dalil agama akan
menghantarkan manusia menjadi seorang makhluk yang mempunyai posisi puncak
dirantai urutan kedudukan dihadapan Nya.
The Mysterius Guest itu dinamakan "romadhon".
Kedatangan romadhon dengan perintah melaksanakan puasa adalah memancing tiga hal kalau dalam dalil
agama. Pertama memancing turunnya rahmat Tuhan, kedua memancing turunnya ampunan
Tuhan dan yang ke tiga adalah momen dari kasih sayangnya Tuhan tentang
pembebasan dari murka Nya.
Tuhan melalui firman Nya ternyata tidak hanya memberikan
tiga hal itu saja. Dalam firman Nya, surat Al baqoroh ayat 184, Tuhan berfirman
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa".
Janji Tuhan dalam surat Al baqoroh ayat 184 tersebut,
apabila hamba nya mau mengikuti aturan Nya dalam bulan romadhon. Maka janji Tuhan
pada hamba Nya itu akan di berikan sebuah posisi yang luar biasa yaitu "
kemulyaan disisi nya". Sebuah posisi yang sangat luar biasa yang
digambarkan dalam surat Al hujurot ayat 13 sebagai puncak puncak nya sebuah
posisi dihadapan Nya. Dengan nama gelar nya adalah "Muttaqin"(orang
yang takut atau bertaqwa pada Nya).
Gelar tersebut tidak bisa dibandingkan dengan banyaknya
harta, jabatan, kekuasaan, ilmu dan gemerlapnya alam semesta.
Gelar itu hanya bisa dicapai apabila melalui tahapan tahapan
gelar yang di sebut oleh Tuhan melalui firman Nya di kitab suci. Di ibaratkan
puncak gelar dalam dunia pendidikan, puncak gelar akademik yang di capai adalah
profesor. Seorang profesor telah melalui jenjang gelar dari urutan pendidikan
dasar, menengah pertama, menengah atas, strata satu, strata dua dan strata tiga
(S3).
Begitu juga gelar "Muttaqin". Dalam kitab suci
Nya, gelar dasar nya harus menjadi seorang mukminin atau orang yang yakin dan
percaya pada Tuhan.
Selanjutnya dia harus menjadi muslikhin dengan amilusshoolihaat
menjalankan kewajiban syariat Nya. Posisi selanjutnya adalah mukhsiniin atau
orang yang berbuat baik dengan akhlaqul karimah.
Bila sudah mencapai mukhsiniin dia akan naik satu tingkat
lagi bila semua yang dilakukan itu adalah benar benar untuk mencari ridho Tuhan
bukan yang lain dengan istilah mukhlasiin atau orang yang ikhlas dihadapan Nya.
Derajat selanjutnya dia akan disebut oleh Tuhan sebagai
siddiqiin yang artinya orang yang benar dihadapan Nya. Dari jenjang tingkatan
tingkatan itu muara nya ada pada "Muttaqiin" sebagai puncak dari
Gelar yang disebut Tuhan dalam kitab suci Nya. Gelar "Muttaqiin" itu
dalam surat Al Baqoroh ayat 184 bisa dicapai dengan mengikuti perintah Tuhan
dengan menjalan kan perintah puasa di bulan romadhon yang merupakan sebuah
"dorongan Tuhan pada hamba Nya untuk menjadikan sebagai makhluk yang mulia
disisi Nya.
Karena dalam puasa terkandung makna gelar yang berjenjang
dari mukminiin, muslkhiin, mukhsiniin, mukhlasiin, siddiqiin sampai pada puncak
nya yaitu "Muttaqin" orang yang takut dan mulia disisi Tuhan.
Semoga romadhon ini kita bisa mencapai master priesnya gelar
dari Tuhan sebagai seorang hamba yang Muttaqiin. Amiiien...
Nuwun.......
Oleh : Iman Setiadi, S.Ag Al Hafidz
Penulis Pengurus PCNU Ketapang