الحَمْدُ
للهِ الّذِي خَلَقَ الخَلْقَ لِعِبَادَتِهِ، وَأَمَرَهُمْ بِتَوْحِيْدِهِ
وَطَاعَتِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
أَكْمَلُ الخَلْقِ عُبُودِيَّةً للهِ، وَأَعْظَمَهُمْ طَاعَةً لَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَاِبهِ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Ayyuhal mukminun yarhamukumullah,
Pada
kesempatan kali ini, izinkan saya berwasiat, khususnya kepada pribadi
saya sendiri agar kita senantiasa berupaya memperbaiki keimanan dan
meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah dengan berusaha
menjalankan perintah dan menghindari larangan-Nya.
Marilah
juga kita bersama-sama menunjukkan rasa cinta kepada baginda Nabi
Muhammad dengan cara mengamalkan tuntunan-tuntunan yang beliau ajarkan.
Ma’asyiral Muslimin,
Ada
sebuah kisah yang patut direnungkan. Dahulu, kira-kira lima tahun
sebelum Nabi Muhammad menerima mandat kerasulan, bangunan Ka’bah
dipugar. Konon penyebab pemugaran itu karena konstruksi Ka’bah yang
sudah mulai rapuh. Sejak pertama kali dibangun Nabi Ibrahim dengan
dibantu putranya, Nabi Ismail, Ka’bah belum pernah dipugar. Ada banyak
riwayat yang menjelaskan perihal pemugaran itu sebagaimana yang tertulis
dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah (2/339) karya Ibn Katsir. Salah
satu riwayat menyebut bahwa kerusakan bangunan Ka’bah disebabkan badai
gurun yang terjadi waktu itu.
Singkat cerita,
bangunan Ka’bah pun diruntuhkan dan diganti dengan konstruksi baru.
Namun, ketika sesi peletakan Hajar Aswad terjadilah pertentangan di
kalangan pemuka-pemuka kabilah. Masing-masing merasa yang paling pantas
mendapat kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Pertentangan dan perselisihan pun tak terelakkan. Bahkan, mereka hampir
saling membunuh. Untuk menghindari pertikaian berdarah, kemudian mereka
bersepakat: Barangsiapa yang masuk pertama kali ke area Ka’bah keesokan
harinya, maka orang itulah yang berhak meletakkan Hajar Aswad.
Tak
disangka, Nabi Muhammad-lah orang yang pertama kali masuk ke area
Ka’bah. Berdasarkan kesepakatan sebelumnya, Nabi Muhammad-lah yang
berhak meletakkan kembali Hajar Aswad ke dinding Ka’bah. Tapi Nabi
Muhammad bukan sosok yang egois. Dibeberlah kain lebar, lalu
diletakkanlah Hajar Aswad di atas kain tersebut. Lalu dimintalah semua
perwakilan kabilah turut serta memegang tepi kain dan mengangkat Hajar
Aswad bersama-sama.
Inilah ikhtiar rekonsiliasi (al-ishlah)
yang diteladankan Nabi sehingga perselisihan dan pertikaian menjadi
reda. Masih banyak cerita serupa yang menunjukkan kemampuan nabi menjadi
rekonsiliator (al-mushlih)
ketika terjadi konflik dan polarisasi di tengah-tengah umat. Nabi
Muhammad telah banyak menyelesaikan masalah serius yang berpotensi
menjadi konflik berdarah dengan arif dan bijaksana.
Ma’asyiral Muslimin,
Kisah
ini memberi teladan bagi kita agar senantiasa bisa menjadi
rekonsiliator ketika terjadi pertikaian atau konflik di tengah
masyarakat. Sikap rekonsiliasi Nabi Muhammad tersebut sejalan dengan
penyampaian Al-Qur’an. Dalam banyak ayat, Allah sangat menekankan agar
menempuh jalan rekonsiliasi dalam penyelesaian konflik. Misalnya, pada
QS. al-Hujarat [49]: 9-10:
وَإِنْ
طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الأخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي
حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا
بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُقْسِطِينَ
Pada ayat selanjutnya,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Ayat
tersebut berisikan perintah melakukan rekonsiliasi ketika mendapati ada
dua kelompok kaum beriman yang saling bertikai. Jangankan pada konflik
besar yang melibatkan orang banyak, konflik kecil dalam keluarga pun,
Allah mendorong agar memilih jalan rekonsiliasi agar hubungan keluarga
tetap utuh. Rekonsiliasi adalah pilihan yang terbaik dari penyelesaian
konflik, perseteruan dan pertikaian.
Teladan
Nabi Muhammad dan penegasan Al-Qur’an tentang rekonsiliasi layak
diaktualisasikan untuk konteks saat ini. Ketika konflik dengan latar apa
pun sering berujung pada penghilangan nyawa manusia atau polarisasi
tanpa ujung, maka jalan rekonsiliasi menjadi harapan agar keutuhan
bangsa, masyarakat, dan keluarga terselamatkan. Sudah menjadi
sunatullah, perbedaan itu akan menjadi bagian tak terpisah dari
kehidupan manusia sebagaimana Allah tegaskan dalam QS. Hud [11]: 118:
وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَـعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوۡنَ مُخۡتَلِفِيۡنَۙ
Jika
perbedaan itu tidak dikelola dengan baik, maka ujungnya pasti konflik.
Dan tidak ada yang diharapkan dari konflik, pertikaian, atau permusuhan
kecuali kehancuran seperti yang kini dapat disaksikan di banyak negara
yang dilanda peperangan akibat konflik yang tak berkesudahan dan tidak
memilih jalan rekonsiliasi. Maka, dalam ayat sebelumnya QS. Hud [11]:
117 Allah menjamin tidak akan menghancurkan suatu bangsa jika rakyatnya
adalah orang-orang yang mementingkan jalan rekonsiliasi,
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ
بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ
الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشيطن الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَالْعَصْرِ،
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ
وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً
يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
(Fikri Mahzumi)
Sumber NU Online