Romawi: Ketapang Harus Menjadi Kekuatan NU Kalbar



NU KETAPANG - Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat H. Romawi Martin, ME. meminta kepada seluruh pengurus NU yang hadir pada acara Konferensi Cabang ke-12 NU Ketapang, pertama, agar pengurus NU tidak lagi mebahas berkaitan dengan kontestan pesta demokrasi yang sudah berakhir dan sudah final, artinya NU sudah menerima apapun hasilnya.

Pernyataan Romawi ini disampaiakan pada acara penutupan Konferensi Cabang ke-12 Sabtu (29/6) di Ponpes Hidayaturrahman Kalinilam Ketapang. Kedua, menurut Romawi, menjadi tantangan baru bagi jam’iyah Nahdlatul Ulama, bahwa secara tidak langsung NU mendapat jastifikasi bagian penting dari pemerintah yang ada untuk masa yang akan datang.

Mengutip penyataan Rais ‘Aam PBNU, Romawi mengatakan, cobaan mungkin godaan atau mungkin hal-hal diluar nalar akan NU rasakan bersama. Oleh karena itu semua pengurus NU disemua tingkatan harus bisa menyikapi semua ini dengan mengambil hikmah diatas hikmah yang diberikan kepada NU.

“Kita tidak terlena dan bangga bahwa NU bagian dari pemerintah, bukan itu yang diharapkan tapi bagaimana kita memikirkan bersama-bersama tatkala kita berada dibagian pemerintah untuk berpartisifasi ikut mensukseskan semua program pemerintah, terutama bagi jam’iyah NU.” Kata Romawi.

Mengutip data BPS, bahwa data warga Indonesia mencapai 80 juta berada dalam garis kemiskinan berdasarkan standar bank dunia. Dan ternyata menurutnya, dari 80 juta tersebut 58 adalah warga NU. Tentu menurut Romawi, dari jumlah 58 ini bisa diikhtiarkan untuk dikurangi minimal menjadi 28 juta. Tidak boleh 58 juta itu lalu menjadi 70 juta, karena itu menjadi bentuk kegagalan NU saat diamanati menjadi bagian dari pemerintah.

Tidak hanya menyinggung masalah angka kemiskinan, tetapi Wakil Sekretaris PWNU Kalbar ini yang dulu pernah menjadi tukang sapu sekretariat PWNU Kalbar, juga menyinggung dan mempersoalkan kebijakan pemerintah pusat baru-baru ini yang harus dilaksanakan pemerintah daerah, yaitu berkaitan dengan zonasisasi sekolah.

“Sebuah kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan yang sangat terasa dan menjadi warning pagi pondok pesantren yang dikelola NU, karena diyakini insyaaalh 90 persen pondok pesantren adalah dikelola yang notabenenya adalah warga NU. Anak mau masuk sekolah harus diukur jarak rumah ke sekolah, sehingga walaupun anak kita pintar karena jarak lebih dari 2,8 km maka anak kita tidak bisa masuk ke sekolah itu.” Kata Romawi.

Menurut Romawi, Zonasisasi mungkin baik apabila didukung dengan pasilitas yang sama oleh negara dengan standar yang sama. Tetapi selama tidak dilengkapi dengan pasilitas yang memadai maka akan menjadi masalah baru bagi lembaga pendidikan itu, khususnya lembaga pendidikan yang dikelola warga NU.

Selanjutnya Romawi juga meminta kepada Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah, tatkala kepengurusan NU Ketapang sudah tersusun maka kekuatan NU di Ketapang tidak menjadi hilang dan menjadi kekuatan NU di Kalimantan Barat pada khususnya dimulai dari Ketapang dengan memberi contoh. Dia meminta agara nanti diadakan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) angkatan ke-2 di Ketapang yang melibatkan seluruh MWC, badan otonom dan pengurus NU yang ditunjuk nanti oleh tim Formatur.

“Adakanlah MKNU di lembaga NU atau pondok pesantren, karena kita akan mengenalkan kepada masyarakat yang mungkin saat masih antipati dengan NU. Mari kita berani jangan takut untuk menampakkan inentitas diri kita, bahwa kita adalah Nahdaltul Ulama.” Kata Romawi mengakhiri sambutannya. (msh).


أحدث أقدم
.



.