Menjaga Jiwa Tafaqohu Fiddin Pada Santri NU di Era Digital



NU KETAPANG - Ketika kita melihat dan pendengarkan video dari pengajian dari Gus Baha' batin kita akan terperanjat melihat begitu matang nya  pengetahuan beliau tentang agama dan begitu detail nya beliau memaparkan keterangan dari ayat ayat Tuhan dengan referensi kitab klasik komplit dan pandangan kekinian yang luar biasa.
Sosok Gus Baha' adalah salah satu bentuk asli produc pesantren klasik NU yang bisa mengimbangi dari uforia para da'i karbitan media sosial dan para alumni dari luar negeri di samping para kiai lain yang serupa dengan Gus Baha'.

Penampilan beliau bersahaja, sederhana asli kultur nusantara dan pesantren klasik, akan tetapi berwawasan kekinian. Analisa nya tajam, sedikit nakal tapi mempunyai sandaran rujukan dalil dari ayat atau pendapat para ulama' yang matang dalam membahas sebuah permasalahan.

Semua itu tidak terlepas dari pola pendidikan yang beliau tempuh secara berjenjang dengan benar mengikuti yang di lakukan para ulama' ulama jaman dahulu seperti imam Nawawi, mbah kholil bangkalan, mbah hasyim asy'ary dan para ulama aswaja lainnya.

Pola pembelajaran yang dilakukan oleh beliau beliau itu merujuk pada sistem pembelajaran yang di anjurkan oleh Syeikh Az zarnuji dalam kitab Ta'lim Muta'alim yaitu benar benar "litafaqohu fiddin", sehingga pondasi pengetahuan yang dibangun menjadi kokoh untuk menopang pada pengetahuan lainnya dalam permasalahan agama.

Sikap ini dibarengi dengan ghiroh yang kuat dalam proses belajar hingga mampu memacu semangat untuk selalu haus dengan pengetahuan menjadikan pembelajaran nya tidak serta merta selesai pasca boyongan dari pesantren. Akan tetapi selalu berusaha untuk mengejar para ulama' yang ahli dalam spesifikasi cabang ilmu yang lain untuk di kuras ilmu nya, di ambil berkahnya dan di contoh tingkah laku nya.

Proses ini akhirnya menjadikan kematangan dalam ilmu agama, baik secara Syari'at, Tharikat ataupun wushul sampai Ma'rifat untuk mengetahui hakekat kehidupan.

Semangat ini yang sekarang mulai pudar dari para thulab di jaman digital ini. Orientasi dan obsesi dari para thulab jaman sekarang adalah kepopuleran para da'i, orientasi kesempatan kerja atau pun melihat mewah nya fasilitas dari  ma'had. Sehingga perlahan tapi pasti "Jiwa litafaqohu fiddin dari para santri di era digital ini mulai pudar berganti dengan orientasi keduniawiyahan dalam proses pembelajaran. Jiwa jiwa haus para pemburu ilmu, pemburu berkah ulama' berganti dengan dangkalnya orientasi dalam belajar.

Oleh karena itu harus mulai di viralkan lagi semangat juang para ulama' jaman dahulu dalam mencari ilmu, mencari berkah supaya menjadi benteng dan dapat "menjaga jiwa tafaqohu fiddin bagi para santri di era digital" dengan cara memberi arahan pada para thulab supaya lurus orientasi nya, jangan berhenti belajar bila sudah selesai dari satu pesantren tapi berusaha untuk mengejar ke pesantren lain pada spesifikasi cabang ilmu tertentu. Seperti dilakukan oleh para ulama' pada jaman dahulu.

Semua ini supaya para alumni pesantren dari santri santri NU di jaman sekarang menurut KH. Musthofa bisri (Gus Mus) tidak salah orientasi dalam proses pembelajarannya, tidak salah tujuan dakwah dan langkah kehidupannya kelak, Tidak keburu terkenal dahulu, tidak keburu berfatwa dahulu sementara pengetahuannya masih mentah sehingga mudah gumunan, mudah menyalahkan atau menjustifikasi jahat, jelek dan kafir pada orang lain.


Penulis : Iman Setiadi (Wakil Katib PCNU Kabupaten Ketapang)
Lebih baru Lebih lama
.



.