PWNU Kalbar: Banyak Warga NU Khidmatnya di NU, Tapi Pemikirannya Bukan NU


NU KETAPANG - "Kenapa MKNU penting bagi jam'iyah Nahdlatul Ulama?" Demikian kalimat pertanyaan yang disampaikan H. Romawi Martin mengawali sambutannya pada acara pembukaan Madrasah Kader Nahdaltul Ulama (MKNU) Angkatan ke-2 yang digelar PCNU Ketapang, di Hotel Nevada Ketapang, Sabtu (3/7). 


Dikatannya, MKNU dikhususkan kepada jam'iyah NU, kalau jamaahnya nanti. Karena kalau jam'iyah sudah bisa mengikuti dan menjalankan apa yang disampaikan dalam materi-materi MKNU, maka sudah tugas jam'iyahnya untuk menyampaikan kepada jama'ahnya.


"Ini penting, karena sesuai dengan perjalanan NU, kita pernah melalui tahap pendiri dengan segala upaya guru-guru kita. Para alim ulama dengan segala cara untuk mendirikan NU sebagai benteng penguat umat Islam di Indonesia. Artinya, kalau bela Islam, mungkin kita duluan ketimbang organisasi lainnya." Papar Romawi Wakil Sekretaris PWNU Kalimantan Barat.


Baca juga:


Dalam konteks bernegara, pendiri NU lah yang menghapus tujuh kata di Piagam Jakarta untuk menjadikan Indonesia sebagai negara bangsa, bukan negara agama. Karena apa, kalau di Indonesia cita-citanya menjadi negara agama, bukan tidak mungkin terjadi perang saudara sesama anak bangsa.


"Inilah konteks pemikiran NU, sebagai salah satu sekian banyak organisasi di Indonesia dalam rangka menguatkan dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, sebagai wadah berkumpulnya warga bangsa dan warga negara." Jelas Romawi yang juga sebagai Instruktur MKNU PBNU.


"Banyak kalangan warga NU khimatnya di NU tapi pemikirannya masih bukan pemikiran NU. Ada juga, saudara-saudara kita berjibaku di NU, tapi karena pemikiran politiknya berbeda, masuk dalam sayap yang membenci NU.' Tambahnya.


Menurutnya, MKNU ini adalah salah satu metode, bagaimana mengajak semua menggabungkan persepsi pribadi. Anggapan atau pribadi yang digabung menjadi satu, menjadi sebuah nilai perjuangan yang sejalan dengan persepsi pemikiran para pendiri NU.


Jadi, menurut Romawi tidak cukup hanya diberikan melalui kader atau teknis pengkaderan pada jenjang organisasi di NU. Kalau pengkaderan sudah banyak. Fatayat, Ansor, IPNU, IPPNU, PMII apalagi. Hanya Muslimat dan NU belum. Maka di komunitas NU, MKNU menjadi ajang untuk menyatukan personal persepsi dan nanti akan berbuat menjadi sebuah pemikiran bagaimana bangsa ini tetap ada dengan nilai NKRI.


Dari awal NU berdiri, bagaimana kiprah NU dan apa yang dihadapi NU saat orde baru. Bahkan hari ini disaat NU ingin mencicipi hasil perjuangannya yang dulu masih juga NU dipersalahkan. Masih juga NU dianggap sebagai orang yang terlalu berpatron kepada Pemerintah. Padahal 32 tahun NU dijauhi. NU tidak pernah komplen dan biasa saja. 


"Kita biarkan saja, karena itu bagian dari sebuah nilai perjuangan. Pada saat itu kita belum dipastikan untuk menjadi bagian yang terhitung di negara ini. Walau NU mempunyai saham terbesar dalam republik ini." Ungkapnya.


Itulah NU, kita menerima semuanya yang penting keberadaan Indonesia tetap menjadi bagian sebuah negara bangsa, yang bisa dinaungi umat beragama, semua suku bangsa. Tapi NU tetap berada mengawal sebagai sebuah proses dan nilai perjuangan. 


Jadi menurutnya, jika ada beranggapan NU sebagai anak emas, itu tidak seberapa dengan perjuangan dan sakitnya NU. 32 tahun bukan hanya perak, perunggu pun tidak masuk. Kalaupun sekarang ada kader NU nasibnya berubah maka pegang teguhlah bahwa NU akan terus mengawal untuk terus berbuat demi bangsa, negara dan daerah. 


Baca juga:


Pada kesempatan itu beliau juga mengingatkan, jangan pernah terbuai oleh kondisi status sosial yang meningkat. Semakin meningkat status sosial, semakin kuat goncangan untuk NU, semakin banyak godaan untuk kader-kader NU.  Kenapa, belakangan ini banyak serangan terhadap NU. Nanti akan dijelaskan di sesi-sesi materi. 


"Marilah kita kedepankan sifat-sifat moderat. Moderat penting agar tidak keras. Keras perlu tapi harus moderat. Kalau kondisi ini telah kita pegang, maka insyaallah wilayah kita, bangsa ini akan menjadi sebuah kebutuhan nyata dimana umat terbesarnya muslim tapi bisa melindungi umat-umat lain dengan aman." Pintanya.


"Inilah sebenarnya potret yang ingin sebenarnya ingin ditampilkan oleh pendiri NU. Kita tetap memperkuat amaliyah NU, tetapi sejalan dengan itu kita juga menghormati amaliyah orang-orang di luar kita dengan batasan bahwa kita satu bangsa dan satu negara." Pungkasnya.(anuk).


Lebih baru Lebih lama
.



.