Wakil Ketum PBNU: Jangan Hanya Jadi Pengurus Tapi Tidak Tahu NU


NU KETAPANG - Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Zulfa Mustofa mengatakan orang NU harus tahu NU itu apa. Jangan hanya jadi pengurus NU tapi tidak tahu NU. Banyak orang yang ditanya, misalnya, kamu NU atau bukan? jawabnya NU. Mereka tahunya NU. 


"Mungkin mereka mengetahui NU itu kalau subuh shalatnya pakai qunut. Kalau Tarawih pakai 23 raka'at. Walau sekarang ada NU baru, Shalat Tarawih juga 23 raka'at cuman didiscon 60 persen," kata Kyai Zulfa, disambut gelak tawa peserta Halaqoh Fiqih Peradaban, di Aula Gedung NU Ketapang, Senin (29/5/2023).


Atau mungkin tahunya lanjut Kyai Zulfa, NU hanya shalawatan, tahlilan, manaqib, ziarah, tawassul. Tetapi sesungguhnya mereka tidak tahu secara detail apa itu manhaj NU yang kemudian melahirkan Mazhab, sebagai sebuah proses kenapa keluar sebuah pendapat. 


Beliau mencontohkan seperti, bagi NU NKRI final. Kenapa NU memutuskan NKRI final. Madzhab ini berdasarkan sebuah manhaj, yakni berdasarkan sebuah metode berfikir. Termasuk ketika NU juga dalam Munasnya di Ciamis yang mengatakan dalam fiqih konteks warga negara, tidak boleh sesama warganegara dengan sebutan kafir, sebab warganegara itu tidak ada kelas satu, dua dan kelas tiga.


Dikatakan Kyai Zulfa, dulu dalam kitab klasik ketika memang bentuk negara ini belum menjadi nation state (negara bangsa) itu betul. Bagi Indonesia tentu tidak. Indonesia didirikan sebagai Darul Mitsaq (negara kesepakatan). Dari semua suku bangsa bersepakat membentuk sebuah negara yang bernama dengan sebutan NKRI.


Maka menurutnya tidak ada istilah warga negara kelas satu, dua atau tiga. NU memutuskan itu yang dinamakan Mazhab. NU berkeputusan bahwa dalam konteks fiqih warganegara kita tidak boleh menyebut sesama warga negara dengan sebutan kafir, bukan dalam konteks aqidah.


"Lalu kenapa harus ada fiqih peradaban, supaya kita tahu tentang NU apa manhajnya, apa mazhabnya. Banyak mereka tidak paham diluar sana. Sehingga ada yang berkata mulai kapan NU akan merubah Al-Qur'an. lah itu qul ya ayyuhal kafirun menjadi qul ya ayyuha non muslim," katanya.


Menurut Kyai Zulfa dalam konteks aqidah mereka kafir. tapi dalam konteks hidup berbangsa bernegara kita harus tahu bahwa mereka tidak boleh kita sebut kafir, karena siapapun kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama, belq negara juga sama.


"Kalau dalam konteks beragama yang kita ikuti adalah Al-Qur'an dan Hadits dengan penafsirannya. Tapi dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara kita harus mengikuti aturan main yang sudah diatur dalam UUD 1945, kemudian aturan-aturan dibawahnya," jelasnya.


Dijelaskan Kyai Zulfa, Itulah kenapa kemudian ada Halaqah Fiqih Peradaban, agar tahu bahwa NU didirikan bukan hanya untuk warga NU. NU didirikan bukan hanya untuk umat Islam di Indonesia, tapi NU sebagaimana lambannya melewati jagat, NU didirikan untuk umat Islam dan bahkan untuk peradaban di seluruh dunia.


Menurut Kyai Zulfa, NU itu kalau ingin mencari perbedaan untuk permusuhan banyak. Jangankan antar umat beragama yang berbeda. Antar seagama saja kalau dijadikan perbedaan untuk bermusuhan banyak, maka perlunya menjaga ukhuwah islamiah, ukhuwah Wathoniyah dan ukhuwah Basyariah.


"Maka sekarang ini yang harus kita bangun dan kita samakan semuanya adalah bahwa yang paling utama kita sama-sama manusia. Nilai kemanusiaan yang harus kita sampaikan dan kita utamakan," jelas Kyai Zulfa.


Halaqoh Fiqih Peradaban bertema Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru, digelar PCNU Ketapang kerjasama dengan Pondok Pesantren Mambaul Khairat Kauman Ketapang itu dihadiri Wakil Bupati Ketapang H. Farhan, SE., M.Si. 


Pada kesempatan itu hadir Rais Syuriyah PWNU Kalbar KH. Muhammad Ismail Ghofur, Ketua PWNU Kalbar Dr. H. Syarif, MA. Selain itu hadir jajaran PCNU Ketapang, bersama Lembaga, Banom NU Ketapang, Pengurus MWCNU Kecamatan, pengurus Ranting, dan para undangan lainnya. 


Kyai Zulfa hadir ke Ketapang selain sebagai narasumber pada acara Halaqoh, juga dalam rangka Haul Akbar para Muassis NU dan Masyaikh di Pondok Pesantren Mambaul Khairat, Kauman Ketapang, Senin (29/5/2023) malam. (anuk).

Lebih baru Lebih lama
.



.