NU KETAPANG - Pengurus Cabang NU
Ketapang Ust. Iman Setiadi, S.Ag. mengatakan, di jaman modern sekarang, seiring perkembangan
jaman dan pola pikir dunia. Terjadi perubahan yang sangat luar biasa dari
sebuah pesantren. Dengan adanya tren seter dimasyarakat yang sudah mulai
terpengaruh dengan perkembangan global, sebuah pesantren mengalami sebuah
metamorfose yang luar biasa.
“Banyak pesantren yang lebih mementingkan pembangunan fisik bangunan dari pada batin para santri, lebih mengutamakan kwantitas yang menguntungkan secara finansial dari pada mementingkan kwalitas anak didik karena dianggap sebagai prestise dan bisnis pendidikan yang menguntungkan. Bila jaman dahulu ada slogan ngalap berkah kiai, mencari ilmu hanya mengharap ridho Tuhan, mondok sambil sekolah sekarang hal itu sudah mengalami degradasi.” Tutur Iman Setiadi.
Menurut Rais Syuriah Majelis
Wakil Cabang NU Muara Pawan ini, bila dahulu sang pengasuh itu adalah fouding
father dari sebuah lembaga pesantren, sekarang yang muncul adalah yayasan yang
menjadi founding father dari pesantren. Bila dahulu sang pengasuh adalah pusat
dari segala kebijakan yang ada dalam sebuah pesantren, sekarang ketua yayasan
dan jajarannya lah yang menentukan semua arah dari sebuah pesantren walaupun
mereka bukan dari pesantren dan tidak mengerti tentang seluk beluknya
pesantren.
“Sang kiai hanya dianggap sebagai
karyawan saja dalam pesantren itu tanpa adanya sebuah kebebasan dalam berkreasi
dan bila dianggap tidak sejalan dengan mereka mereka akan "di
tendang" dan disingkirkan. Digantikan oleh para yunior yang kurang ta'dzim
dengan pendahulunya karena iming iming berkuasa dalam pesantren itu atas perlindungan
dari jajaran pengurus yayasan. Tata krama dalam dunia pesantren sudah hancur
lebur dan sudah tidak diindahkan lagi.” Jelas Iman Setiadi ‘Awan PCNU Ketapang.
Iman Setiadi menilai, bahwa para
santri pun sudah tidak punya niatan dalam mempelajari agama secara mendalam
karena niat dan orientasinya sudah berubah dari mondok sambil sekolah menjadi
sekolah sambil mondok. Tata krama, sopan santun
dan adab yang menjadi nyawa dalam sebuah pesantren sudah hilang karena
terbawa suasana. Jadi pesantren yang mengikuti selera dan kemauan santri bukan
santri yang mengikuti kemauan dan aturan pesantren. Sikap ta'dzim nya dengan
guru pun sudah tidak ada lagi apalagi untuk mencari ridho dan mencari berkahnya
guru seperti yang digambarkan dalam kitab ta'lim muta'alim.
Menurut Dosen STAI Al-Haudl
Ketapang, Inilah yang dinamakan sebagai "Hilang nya sebuah tradisi dalam
pesantren". Mungkin ini adalah jaman milenia yang cepat merubah sesuatu
menjadi bentuk lain yang berbeda seperti yang marak dalam dunia maya bahwa
masyarakat sekarang mudah sekali mengalami sebuah perubahan sikap dengan adanya
penggiringan opini yang masif dan terstruktur .
“Dan bila tradisi dari sebuah
pesantren itu telah hilang, maka siap siap lah pesantren itu akan kehilangan
"nyawa dan ruh" dari sebuah pesantren itu sendiri. Semoga pesantren
pesantren di indonesia tetap berpegang pada "tradisi pesantren" yang
sebenarnya sehingga masih bisa menjadi benteng untuk iman, ilmu, amal dan
akhlaqul karimah ditengah terpaan hal hal yang negatif dari nilai sebuah
pesantren.” Pungkas Iman Setiadi. (syafi’ie huddin)