Ketua LTN NU Ketapang: Jadi Kita Menunggu Parah Atau Mau Mencegah?


NU KETAPANG - Agus Kurniawan, S.Sos.I, Ketua Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdatul Ulama Kabupaten Ketapang akhirnya membatalkan diri untuk menjadi khatib shalat Jum'at (27/03) di sebuah masjid di tempat ia bertugas.

"Saya mengganti shalat Jum'at dengan Zuhur hari ini. Seperti Tausiyah MUI Kalbar dan Keputusan Rapat MUI Ketapang. Padahal saya ada jadwal menjadi Khatib. Alhamdulillah masjid tempat saya bakal khutbah juga ikut MUI." Tulis Agus Kurniawan, di akun facebook pribadinya, Jum'at (27/03).

Tulisan itu di-posting dalam rangka merespon himbauan dan keputusan Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Ketapang mengenai pelarangan Shalat Jum'at dan shalat lima waktu berjamaah di masjid maupun mushalla.

Secara utuh tulisan itu dapat dibaca di bawah ini.

Menunggu atau Mencegah?

BismillahWalhamdulillah

Saya mengganti shalat Jum'at dengan Zuhur hari ini. Seperti Tausiyah MUI Kalbar dan Keputusan Rapat MUI Ketapang. Padahal saya ada jadwal menjadi Khatib. Alhamdulillah masjid tempat saya bakal khutbah juga ikut MUI.

Karena saya tak mau MENUNGGU Ketapang jadi parah. Saya ingin MENCEGAH Ketapang menjadi parah. Mulai dari diri sendiri.

Bagaimana ummat Islam Ketapang? Seperti biasa, sebagian ikut anjuran MUI. Sementara yang lain masih melaksanakan. Beralasan Ketapang belum parah. Ketapang masih zona aman. Saya tak punya ilmu untuk menyalahkan.

Tapi perkataan "Ketapang masih... Dan Ketapang belum..." bagi saya mengerikan. Karena yang MASIH menjanjikan AKAN. Karena yang BELUM menjanjikan keadaan SUDAH.

Di Ketapang ada PDP yang sampai hari ini hasil labnya belum keluar. Alhamdulillah kalau negatif.

Salah satu PDP kita, 2 orang ODP kita, bahkan mengikuti pertemuan di Bogor, yang beberapa pesertanya positif Covid 19. Di pertemuan itu Bima Arya Wali Kota Bogor, diduga tertular Covid 19. Sebagaimana yang kita tahu, beliau positif.

Sepulang dari pertemuan itu, sudah ada yang meninggal dengan status positif. Di daerah lain. Seperti di Lampung dan Kaltim. Belum lagi dari Kuala Lumpur.

Covid 19, kalau kita percaya WHO dan pemerintah, bukan prasangka dan konspirasi, sudah menjadi Epidemi. Tak ada lagi zona selain zona merah. Kita di Kalbar sendiri sudah KLB.

Atas alasan itulah MUI Kalbar mengeluarkan Tausiyah. Dan MUI Ketapang juga sudah mendengarkan Kadis Kesehatan, akhirnya memutuskan setuju.

Tapi namanya himbauan dan tausiyah tak mungkin langsung diterima. Mungkin Wuhan bisa dijadikan contoh besar.

Mereka tak serta merta mengunci diri di rumah. Baru ketika banyak yang positif, banyak yang menderita, dan bahkan ketika meninggal susah mendapat Peti mati, karena kehabisan.

Barulah penduduk Wuhan, dengan kesadaran  diri, mengunci pintu rumahnya. Barulah mereka mengikuti saran pemerintahnya. Tak perlu dipelasah.

Kita semua punya pilihan, untuk memilih menunggu parah baru berperan. Atau berperan untuk mencegah lebih parah, dengan  menjaga jarak. Termasuk saat Beribadah.

Jadi kita menunggu parah atau mau mencegah? (ANUK).

أحدث أقدم
.



.