Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat
kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa
berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara
melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Allah subhanahu wa ta’ala
memberitahukan kepada kita dalam ayat di atas bahwa orang-orang yang semasa
hidup di dunia saling berteman dan mengasihi, di akhirat kelak mereka berbalik
saling memusuhi. Kenapa hal itu bisa terjadi?. Hal itu diakibatkan begitu
dahsyatnya peristiwa-peristiwa hari kiamat dan besarnya ketakutan mereka pada
hari itu. Sehingga mereka yang saling berteman di dunia tanpa dasar takwa akan
saling memusuhi dan membenci satu sama lain, karena masing-masing menganggap
bahwa mara bahaya yang pada saat itu menimpanya berasal dari temannya. Berbeda
halnya dengan orang-orang yang bertakwa. Kasih sayang sesama mereka akan
senantiasa langgeng sampai di akhirat dan masing-masing dari mereka akan
mengambil manfaat dari temannya hingga kehidupan akhirat.
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah,
Orang-orang yang saling berteman
atas dasar takwa, mereka ini saling berwasiat dan saling tolong-menolong dalam
setiap hal yang diridhai oleh Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dalam
ketaatan karena Allah. Mereka tidak saling menipu dan mengkhianati. Mereka
disatukan oleh kecintaan kepada Allah. Masing-masing mencintai temannya karena
mengharap ridha Allah. Mereka saling mencintai semata-mata karena Allah, bukan
karena hal-hal yang sifatnya duniawi.
Salah satu bukti seseorang
mencintai temannya karena Allah adalah apabila temannya berbuat maksiat, maka
ia menegur dan melarangnya. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan ‘Abd bin Humaid
dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma bahwa ia bertanya kepada Rasulullah
shallallau ‘alaihi wa sallam: “Siapakah teman-teman kita yang terbaik?” Baginda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
مَنْ
ذَكَّرَكُمْ بِاللهِ رُؤْيَتُهُ، وَزَادَكُمْ فِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ،
وَذَكَّرَكُمْ بِالآخِرَةِ عَمَلُهُ
Maknanya: “Teman yang paling
baik adalah teman yang dengan melihatnya, mengingatkan kalian kepada Allah,
ucapannya menambahkan ilmu bagi kalian, dan perbuatannya mengingatkan kalian
akan akhirat.”
Dari golongan seperti itulah,
hendaknya kita memilih seorang sahabat. Fakta menunjukkan bahwa bergaul dengan
orang-orang yang taat akan mendorong dan memotivasi kita untuk terus menambah
ketaatan, dan berteman dengan para pelaku dosa seringkali menjerumuskan
seseorang ke dalam dosa dan maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
اَلْمَرْءُ
عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ (رواه أحمد في
مسنده)
Maknanya: “Seseorang akan
mengikuti perilaku orang yang sering bergaul dengannya, maka hendaknya setiap
orang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia bergaul” (HR Ahmad dalam
Musnad-nya).
Orang-orang Arab biasa mengatakan:
الصَّاحِبُ
سَاحِبٌ
“Seorang teman itu dapat menuntun
ke jalan yang benar atau menjerumuskan ke jurang kemungkaran”
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Pada umumnya, seseorang akan
meniru dan menyerupai sifat-sifat dan karakter orang yang senantiasa
bersamanya. Bergaul dengan orang-orang yang lalai dari kewajiban, biasanya akan
menjadikan seseorang tidak mengindahkan apa yang Allah wajibkan kepadanya. Imam
Malik rahimahullah berkata:
لَا
تَصْحَبْ فَاجِرًا لِئَلَّا تَتَعَلَّمَ مِنْ فُجُوْرِهِ
“Janganlah bergaul dengan orang
yang fasik agar engkau tidak belajar dari kefasikannya!” Ibnu Rusyd mengatakan:
لَا يَنْبَغِي أَنْ يُصْحَبَ إِلَّا مَنْ
يُقْتَدَى بِهِ فِي دِيْنِهِ وَخَيْرِهِ، لِأَنَّ قَرِيْنَ السُّوْءِ يُرْدِي
“Tidak seyogyanya dijadikan teman
kecuali orang yang dapat diteladani agama dan kebaikannya, karena teman yang
buruk akan menjadikan hina.”
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah,
Jika persahabatan antar saudara
sesama Muslim sudah diniatkan karena Allah dan didasarkan pada ketakwaan, maka
adab-adab pergaulan sesama mereka pasti terjaga. Di antara sekian banyak adab
pergaulan adalah tidak berburuk sangka kepada teman kita, selalu berpikiran
positif mengenai perilakunya selama hal itu memungkinkan. Rasulullah shallallau
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ (رواه البخاري)
Maknanya: “Janganlah kalian
berburuk sangka, karena prasangka adalah (termasuk) pembicaraan yang paling
dusta” (HR al-Bukhari).
Ibnu al-Mubarak mengatakan:
المُؤْمِنُ
يَطْلُبُ المَعَاذِيْرَ وَالمُنَافِقُ يَطْلُبُ الزَّلَّاتِ
“Seorang mukmin yang baik pastilah
mencari-cari ‘udzur (alasan yang bisa diterima), sedangkan seorang munafik
pastilah mencari-cari kesalahan.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita berupaya untuk selalu
berteman dan bergaul dengan orang-orang yang shalih dan bertakwa, karena dengan
itulah kita akan mampu menjaga agama kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِناً وَلَا
يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ (رواه ابن حبان)
Maknanya: “Yang lebih utama
untuk dijadikan teman adalah orang mukmin dan yang lebih utama untuk memakan
makananmu adalah orang yang bertaqwa” (HR Ibnu Hibban).
Apabila kita memiliki teman-teman
yang berperilaku buruk dan hobi melakukan maksiat, maka kita niatkan ketika
bergaul dengan mereka untuk menuntun mereka ke jalan yang benar. Bukan malah
kita hanyut mengikuti apa yang mereka lakukan. Akan tetapi jika kita merasa
tidak mampu untuk mengentaskan mereka dari perilaku buruk yang mereka lakukan
dan kita khawatir terpengaruh, maka segera kita tinggalkan mereka dan mencari
teman-teman yang baik. Insyaallah masih banyak orang-orang baik di sekitar kita
yang layak kita jadikan teman.
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah,
Demikian khutbah yang singkat ini,
mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ
وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ
الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ
وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ
عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ
اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى
ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ
Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti
di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum,
PD Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto.
Sumber: NU Online
Sumber: NU Online