Urgensi Perimbangan NU Kultural Ditengah Uforia NU Struktural


NU KETAPANG - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Ketapang Senin, 4 Nopember 2019 telah mengadakan acara pelantikan jajaran kepengurusan yang baru masa khidmat 2019-2024. Bila dilihat formasi jajaran kepengurusan mungkin periode ini termasuk "The Dream Tim" karena banyaknya tokoh kultural, birokrat dan tokoh pendidikan yang bergabung.

Dengan formasi yang cukup menjajikan pada setiap lini dari mukhtasyar, syuriah,  tanfidziyah dan lembaga dibawahnya diisi oleh kader kader berbakat yang muncul dari berbagai kalangan baik yang asli DNA NU,  para kader "mu'alaf" ataupun para simpatisan lama terlihat sangat solid dan luar biasa. Melalui formasi kepengurusan gemuk penuh talenta itu PCNU Ketapang berusaha menyatukan visi umaro' dan ulama dalam mengawal faham aswaja dan misi rohmatal lil 'aalamin di bumi ale ale. Hal ini, sejenak membuat kita bangga dan bahagia menjadi bagian dari kaum sarungan di tanah kayong.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa sekarang NU struktural sedang naik daun pasca berhasil membentengi NKRI dan menghempaskan kaum radikal di nusantara.  Keberhasilan NU dalam menghadang TSM nya faham wahabisme di nusantara menjadi perhatian dunia dan menjadi kiblat dunia Islam di dunia yang hancur lebur akibat manuver wahabisme dengan didukung milyaran dollar serta strategi "snouck hurgroye millenial dari paman sam ataupun eropa.

Al Azhar Mesir dan NU di nusantara dianggap sebagai benteng terakhir faham aswaja setelah negeri sejuta wali di Yaman mulai di kacau balaukan dengan ghozwatul fikri dan perang saudara yang berkepanjangan.

Keberhasilan NU struktural ini menjadi buah bibir dan menjadikan NU primadona bagi "para penguasa dan pemburu kekuasaan". Hingga menjadikan NU struktural sangat seksi di ibaratkan sebagai "bunga desa atau janda kembang qobla dhukhul" yang menawan hati membuat seluruh mata memandang bahkan ingin memilikinya.

Situasi ini bila tidak waspada akan menjadi sangat rentan bagi NU sruktural. Di khawatirkan akan terjebak dalam Uforia yang berlebihan dan menghantarkan pada lobang "power tens to courup"(penyelewengan dari garis perjuangan para sesepuh 86 tahun lalu).

Oleh karena itu, di tengah kesuksesan dan uforia NU struktural, perlu ada perimbangan dari kelompok asli NU yaitu NU kultural untuk menyeimbang kan garis perjuangan NU tidak terlalu ke kanan atau ke kiri, akan tetapi tetap dijalur utama yaitu sebagai "umattan washathon"(ditengah tengah). Hal ini pernah dilakukan oleh Almaghfurllah Gus Dur dan para kiai NU kultural jaman dahulu ketika NU struktural dianggap offside (keluar jalur) dan terlalu berfikir dalam politik praktis serta kekuasaan era tahun 60-an sampai awal 80-an hingga muncul khitah NU 1926.

Ada nya perimbangan NU kultural ditengah uforia kesuksesan NU struktural adalah sebagai kaca benggala dan sebagai rem cakram untuk menahan laju uforia NU struktural agar tidak keluar dari jalur khitah 1926  yang bertujuan membentengi faham aswaja,  pendidikan, menjadi rahmatal lil 'aalamin dan tidak meninggalkan umat. 

Maka dinamisasi antara NU struktural dan NU Kultural juga sangat penting di kepengurusan PCNU Kabupaten Ketapang seperti yang pernah dilakukan oleh mbah KH. Mustofa bisri, Cak Nun dan Gus Baha' yang secara sepintas terlihat kontroversial pemikirannya akan tetapi itu adalah wujud cinta dan membela NU dengan cara kultural untuk mengembalikan NU ke jalur "ummatan washathon" ditengah tengah uforia kesuksesan NU struktural. Semoga NU tetap jaya, menjadi benteng aswaja dunia, tidak meninggalkan umat dalam kejahiliyahan dan tetap ber visi misi "rohmatal lil 'aalamiin".

Penulis: Iman Setiadi (Wakil Katib PCNU Kabupaten Ketapang)


Lebih baru Lebih lama
.



.