Iman Setiadi: Perlu Ada Keterbukaan Informasi Yang Komprehensif Korban Positif Covid-19 Ketapang


NU KETAPANG - Kalau dilihat dari video yang beredar di medsos. Yang dikarantina itu kelihatannya baik baik saja, cuma status Rapid Testnya saja dan Swab yang menentukan status mereka jadi "positif" serta pemberitaan yang masif tentang kondisi positif mereka yang ada.

Pernyataan itu disampaikan Iman Setiadi Wakil Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Ketapang, tadi malam di group WhatsApp PCNU Ketapang, ketika menanggapi laporan korban positif covid-19 Ketapang sampai dengan hari Rabu (13/05) yang di upload salah satu pengurus NU Ketapang.

“Walaupun ada pencerahan, kalau tidak dibarengi dengan upaya membangun kepercayaan diri yang ada pada mereka bisa saja psykologi mereka jadi terganggu yang berimbas pada menurun nya imun mereka.” Ungkapnya.

Menurut Iman Setiadi, sebenarnya banyak yang bertanya, apakah ketika mereka ditetapkan sebagai seorang yang positif itu kemudian dia menjadi sakit dan gawat kondisinya? Dan apakah penanganannya dalam isolasi itu hanya di "asingkan" saja dalam masa karantina, sampai virusnya hilang sendiri karena otomatis mati setelah 14 hari masa inkubasi atau disana karena mereka dianggap sakit kemudian diberi obat supaya virus nya mati.?

“Kalau hanya di isolasi saja tanpa diobati dan virus nya mati sendiri setelah masa inkubasi masyarakat banyak bertanya bahayanya dimana? Masyarakat perlu diberi info yang benar supaya tidak paranoid yang berlebihan atau sebaliknya malah menganggap enteng masalah ini.”Ungkapnya.

Sebab menurut Iman Setiadi, pendapat masyarakat itu macam macam. Perlu ada keterbukaan informasi yang komprehensif. Karena tujuan adanya tindakan "pencegahan" ini dengan adanya jaga jarak baik di tempat ibadah atau kafe kafe untuk menyelamatkan masyarakat dari virus covid 19.

“Yang imbasnya adalah lesunya perekonomian rakyat kecil dan tidak beribadahnya kalangan orang awam.” Ungkapnya.

Menurut Iman Setiadi, anjuran supaya sholat jum'at diganti dgn sholat dhuhur dirumah dan tarawih di rumah itu tidak akan jadi problem bagi kalangan kaum santri atau lulusan pesantren karena mereka faham hukum fikih.

Tapi bagi kalangan abangan mereka yang biasa nya sholat nya itu makmum dan kadang sholat kadang tidak malahan mereka tidak sholat sama sekali dengan alasan tidak ada sholat di masjid.

“Sedangkan untuk jadi imam dikeluarga mereka tidak bisa karena minimnya pengetahuan agama mereka. Itulah problem-problem baru yang muncul ditengah-tengah umat kita dimasa covid 19. Perlu kita sikapi dengan bijaksana.” Jelasnya.

Pernyataan Iman Setiadi itu dibenarkan Kyai Faruk Adra’ie Wakil Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Ketapang, ketika beliau beberapa hari yang lalu mendatangi korban pengindap covid-19 yang dikarantina di BSM Ketapang.

“Benar sekali kyai, selasa kemaren ana menjengok mereka, sekalian bawakan bukaan ala kadarnya utk saudara2 kita di BSM. semuanya sehat wal afiat. Yang sembuh itu, hasil Rapit Testnya saja yang Reaktif. Kalau Swabnya dua kali negatif.” Kata Kyai Faruk.

Mantan Ketua GP Ansor Ketapang Misruki juga ikut mengomentari dengan mengatakan pernyataan Iman Setiadi sangat tepat. “Alangkah eloknya jika saran ini tersampaikan kepada para pihak yg terlibat langsung dan paham akan hal ini, dan tidak membuat kita lalai akan bahayanya virus Corona tersebut.” Uangkapnya. (anuk).

Lebih baru Lebih lama
.



.