Rais Syuriyah PWNU Kalbar Mengenalkan NU Dalam Berbagai Tingkatan


NU KETAPANG - Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdaltul Ulama (PWNU) Kalimantan Barat KH. Syahrul Yadi mengajak kepada jajaran pengurus NU Ketapang untuk terus semangat berkhidmat di Nahdlatul Ulama, baik dalam konteks kapasitas sebagai Jam'iyyah maupun sebagai Jama'ah.


Ajakan itu, beliau sampaikan dihadapan beberapa jajaran pengurus NU Ketapang saat adakan silaturrahmi di Sekretariat NU Ketapang, Rabu (28/7) malam. Turut serta mendampingi beliau KH. Kaharudin Pelaksana Ketua Tanfidziyah PWNU Kalimantan Barat.


Menurut Rais Syuriyah PWNU Kalbar ini, semangat yang harus dibangun saat ini adalah harus memahami dulu NU yang ada di dalam dirinya, apakah ia dalam posisi sebagai Jama'ah maupun Jam'iyyah NU.


Baca juga:


Dikatakan beliau, ada tiga tingkatan memahami NU sebagai jama'ah. Pertama, Jamaah pengakuan dengan pakaian seragam. Namun tidak diketahui apakah isinya NU atau bukan. Kedua, Jamaah pengakuan karena warisan. Bapak NU, ibu NU, datok juga NU. Walau ia tidak menggunakan pakaian dan atribut NU tapi tetap disebut NU. 


"Kemudian yang ketiga, Jamaah yang mengkristal dengan amaliyah NU. Walaupun dirinya tidak menyadari, tapi harus kita akomodir. Kita dekati, dia adalah jamaah kita. Tahlilan ikut, yasinan pun demikian, bahkan sholat subuh pakai qunut." Kata Kyai Syahrul Yadi, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kemenag Kalbar.


Lebih lanjut beliau mengatakan, dalam NU sebagai Jam'iyyah (organisasi),  juga bisa bertingkat. Pertama, NU SK. Ada di Jam'iyyah karena Surat Keputusan (SK). Soal bekerja atau tidaknya, urusan belakangan. walau dia pengurus NU. 


Kedua, NU kepentingan. Dia tidak memikirkan NU, cuman dia berkepentingan dengan NU. Tipe orang seperti ini menjadi pengurus karena ada maksud tertentu yang ingin diraih melalui NU. Ketiga, NU fungsional. Dia tidak hanya memfungsikan SK NU. Tetapi pengurus yang seperti ini mengakui dirinya sebagai NU dan berbuat untuk NU.


"Apakah ada seperti itu di Ketapang? Secara mayoritas kita yakin banyak seperti itu. Walau diibaratkan dengan pisang, tidaklah masak serentak. Ada yang masak, ada yang setengah masak, bahkan sama sekali belum ada yang masak. Begitulah pengurus NU. Tapi yang kita inginkan, NU Jam'iyyah ini bukan sekedar NU SK, apalagi NU kepentingan, tapi juga NU fungsional." Katanya.


Selanjutnya menurut Kyai Syahrul, ada yang lebih tinggi lagi tingkatannya. Pertama, NU sebagai Pedoman Hidup. NU dijadikan sebagai konsep hidup. Cara mengamalkan Islam yaitu dengan cara ulama-ulama NU. Kedua, Gaya hidup NU, adalah berpenampilan ala NU, pakai sarung dan kopiah hitam. Gaya hidup NU juga ada spirit wasathiyah yang sepadan dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Itulah gaya NU. NU tidak pernah menjustifikasi orang lain adalah munafik, kafir, sesat dan sebagainya.


Baca juga:


Pada kesempatan malam itu, Kyai Syahrul Yadi juga berpesan kepada seluruh pengurus NU Ketapang, dalam rangka menjadikan NU sebagai amaliyah dan fungsionalitas, perlu dibenai. Pertama, Perlu penataan. Penataan yang paling penting saat ini adalah menjaga dan memelihara aset-aset NU. 


Kemudian yang kedua, Penataan Sumber Daya Manusia (SDM) NU. Kader-kader NU yang berpotensi harus didorong dan didukung tanpa mengurangi profesionalitas dan rasa keadilan sebagai warga bangsa.


Pertemuan Silaturrahim malam itu dihadiri Rais Syuriyah PCNU Ketapang, KH. Moh. Faisol Maksum didampingi Ketua Tanfidziah H. Satuki Huddin bersama pengurus lainnya. Pertemuan berlangsung kurang lebih tiga jam, dimulai pukul 08.00 hingga 23.00 wib. (anuk).


Lebih baru Lebih lama
.



.