Ulama NU Sudah Menyiapkan Perangkat Organisasi dan Software Amaliyah Yang Lengkap


NU KETAPANG - Menjadi warga Nahdlatul Ulama (NU) itu harus bahagia, karena di NU itu sudah dilengkapi dengan berbagai kebutuhan jamaahnya. Kelengkapan itu tidak hanya memiliki perangkat organisasi berupa lembaga atau banom, seperti Ansor, Banser, Fatayat, Muslimat, IPNU, IPPNU dan lainnya, tetapi para ulama-ulama NU dan pendirinya sudah menyediakan perangkat-perangkat software yang lengkap, yaitu berupa amaliyah nahdliyyah.

Peryataan itu disampaikan KH. Muhammad Zaki Hadziq pada acara Silaturrahim dan Penguatan Ahlussunnah Wal Jama’ah (ASWAJA), yang diadakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Ketapang. Kegiatan Silaturrahim diadakan di kediaman KH. Abdullah Alfaqier, SE. Wakil Rais Syuriyah di Komplek Pondok Pesantren Mambaul Khairat Kauman Ketapang, Senin (2/12).

Dihadapan jajaran PCNU, Lembaga dan Banom NU Ketapang, cucu KH. Hayim As’ari pendiri NU ini mengatakan, salah satu diantara kelengkapaan perangkat sofware amaliyah NU itu adalah Istighotsah. Maka amalan Istighotsah ini hanya dimiliki dan diamalkan orang NU.

“Betapa sesunggunya berkhidmat di NU itu enak, menjadikan do’a sebagai benteng sebagaimana dauhnya kanjeng Nabi Saw, bahwa do’a itu menjadi senjatanya orang mukmin. Dan ini hasanah yang menjadi ciri khasnya NU.” Kata Kiyai.

Menurut Pengasuh Pondok Pesanten Al-Masruriyyah Tebuireng Jombang Jatim ini, NU bukan hanya sebagai jam’iyah keagamaan, tetapi NU mempunyai peran lebih besar. Salah satu peran NU adalah menjaga stabilitas di suatu wilayah agar menjadi daerah yang aman dan kondusip.

Di Indonesia hari ini, ada fenomena menarik, yaitu orang semangat beragamanya itu meningkat tetapi tidak diikuti dengan semangat cinta tanah air, sehingga apapun yang terjadi di masyarakat sudut pandangnya hanya dari kacamata agama. Contoh, setiap bulan Ramadhan selalu ada berita sweeping rumah makan.

“Saya yakin tidak ada orang NU itu sweeping. Orang NU itu tau betul bahwa dalam urusan puasa, fiqih memberi rukhsah (keringanan). Memberi hak kepada orang untuk tidak berpuasa ketika dalam perjalanan atau ketika sakit.” Tutur Kiyai.

Menurutnya, bisa dibayangkan andaikan ada orang berpergian kemudian tidak berpuasa. Atau ada seorang janda, dia punya tanggung jawab untuk menghidupi anak-anaknya. Kebetulan dia usahanya rumah makan lalu satu bulan harus tutup, betapa dzolimnya kepada mereka.

Disi lain menurut Kiyai Muhammad
 Zaki Hadziq, jika membaca berita, ada penilaian miring dengan mengatakan ketua umum PBNU Kiyai Sa’id dianggap lebih dekat dan lemah lembut kepada orang non muslim, sementara sesama orang muslim bersikap keras.

”Menurut kami pandangan itu salah dan bukan seperti itu, namun apa yang dilakukan ketum PBNU adalah dalam rangka menjaga keseimbangan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.” Katanya.

Suatu daerah kekuasaannya yang dominan, kadangkala menindas yang kecil. Mayoritas akan menekan yang minoritas. Bisa dipastikan ketika daerah itu terjadi seperti itu, akan terjadi ketidak seimbangan. “Maka efeknya adalah yang minoritas akan berontak, nah inilah tugas NU sebagai penyeimbang.” Kata Kiyai Zaki.

Tidak terasa lebih dari satu jam, cucu Mbah Hasyim As’ari ini meyampaikan pembekalan kepada PCNU Ketapang bersama banomnya. Berbagai pengalaman spritual peribadinya berkaitan dengan amalan Istighotsah disampaikan beliau dipertemuan itu dengan diselengi guyonan ala NU, hingga membuat yang hadir semakin betah untuk mengikuti acara itu dengan rileks dan khidmat.

Diakhir Silaturrahim, Kiyai pegamal Istighotsah Mbah Hasyim As’ari ini, memandu pembacaan Istighotsah sekaligus meng-Ijazah seluruh Pengurus Cabang NU dan Banom NU yang hadir dipertemuan itu. “Saya minta Istighotsah ini untuk diamalkan secara rutin dan istiqomah.” Pinta Kiyai Muhammad Zaki Hadziq. (ANUK)

Lebih baru Lebih lama
.



.