Memaknai Hari Jadi Ketapang Ke-602 Tahun 2020


NU KETAPANG - Hari Rabu, 11 Maret 2020 masyarakat Kabupaten Ketapang mensyukuri hari jadinya yang ke-602. Acara syukuran dan perayaan lahirnya Ketapang ini dilaksanakan oleh masyarakat Ketapang dengan berbagai kegiatan. Acara pagelaran seni dan budaya, ziarah kubur, pembacaan do’a kasah, dan lain sebagainya mewarnai perayaan hari jadi ke-602. Pemerintah Daerah Ketapang pun untuk yang pertama kali sejak dikeluarkannya Perda tahun 2012 juga melaksanakan upacara di halaman Kantor Bupati Ketapang.

Dalam usianya yang ke-602, masyarakat Kabupaten Ketapang tentu berharap banyak kepada Pemerintah Daerah untuk selalu memperjuangkan daerah ini agar semakin maju dan masyakaratnya sejahtera. Tema yang diusung di hari jadi Ketapang tahun 2020, “Ketapang yang maju menuju masyarakat sejahtera.” tidak cukup hanya sebagai pemanis dan pelengkap untuk memeriahkan hari jadi Ketapang, namun perlu usaha dan kerja keras secara maksimal dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Ketapang.

Sebagaimana diketahui, Ketapang mempunyai catatan sejarah masa lampau yang cukup cemerlang, dengan berdirinya pusat kerajaan besar yang bernama Tanjung Pura hingga terkenal se-antero nusantara. Saat ini pun nama kerajaan ini telah diabadikan sebagai nama jalan dan dibeberapa nama tempat, seperti nama perguruan tinggi dan nama pangdam yang ada di Kalimantan Barat.

Jika membaca sejarah penetapan lahirnya Ketapang sebagaimana penulis kutip dari tulisan Sejarahwan dan Budayawan Ketapang, Agus Kurniawan, S.Sos.I.:
Di seberang sungai selatan kampung Ketapang, di Benuah Lambat (Kotta Lama) ditemukan kompleks pemakaman Islam yang pada salah satu nisannya bertulis 1340 Saka atau sama dengan 1418 dalam tahun Miladiah/Masehi. Angka inilah yang dijadikan pangkal umur Kota Ketapang. Walau dari kajian kesejarahan, daerah Benua Lambat atau Kotta Lama merupakan pusat kota Kerajaan Tanjung Pura yang telah berdiri jauh sebelum tahun itu. Terbukti di dekatnya terdapat Candi dengan corak Hindu yang masih terus dikaji oleh para Arkeolog dari BPCB Kalimantan Timur.

Pada 11 Maret 1876, Melia (Mulia) Kerta diresmikan sebagai kota raja baru menggantikan Tanjung Pura. Dari tanggal 11 Maret ini kita dapatkan tanggal hari jadi Kota Ketapang.

Rapat paripurna DPRD Ketapang pada tanggal 30 Oktober 2012 menetapkan hari lahir kota Ketapang pada 11 Maret dari tanggal bulan pemindahan kota raja ke Mulia Kerta dan tahun 1418 Masehi dari temuan tulisan tahun nisan di Negeri baru (1340 Saka). Demikian tulis Agus Kurniawan, Ketua Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdatul Ulama (LTN NU) Kabupaten Ketapang.

Jika menilik sejarah di atas, dengan ditemukannya tulisan tahun nisan 1340 Saka. Hal ini menandakan bahwa Islam sudah masuk di bumi Kayong ini sejak tahun 1418 Masehi atau mungkin jauh sebelum penetapan tahun lahirnya Ketapang. Logikanya, jika di batu nisan tertulis tahun 1418, maka masyarakat muslim saat itu sudah ada atau mungkin sudah ramai pemeluknya.

Rasa syukur dan terima kasih kepada para pendahulu, para ulama dan pendakwah di tanah Kayong. Mereka yang telah bersusah payah menyebarkan ajaran agama Islam, hingga pemeluk dan pengikut ajaran Rasulullah SAW di bumi Kayong, dari tahun ke tahun semakin berkembang dan semakin bertambah umatnya. Sampai saat ini pun para ulama dan pendakwah, baik ulama dan penda’i nusantara maupun asal timur tengah silih berganti hadir ke daerah ini untuk memberikan siraman rohani kepada umat Islam.

Kabupaten Ketapang dikenal dan terjaga sampai sekarang daerah yang aman, kondusif, rukun, dan damai. Masyarakatnya rukun hidup berdampingan walau berbeda keyakinan, agama, etnis, dan berbagai latar belakang lainnya. Sebuah prestasi yang membanggakan yang pantas dan layak untuk diapresiasi buat masyarakat Kabupaten Ketapang, terutama kepada para tokoh-tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat dengan dukungan aparat serta Pemerintah Daerah yang tidak henti-hentinya selalu mengkampayekan Ketapang tetap aman dan damai.

Perayaan hari jadi ke-602 Ketapang menjadi momentum bagi masyarakat Kabupaten Ketapang untuk menjadi warga Negara yang selalu berusaha berbuat baik dalam segala kondisi, tempat, dan berperilaku baik dengan akhlak yang mulia. Berusaha untuk berbudi pekerti luhur, menjaga moral, dan membangun kecintaan terhadap daerah yang notabennya adalah cinta tanah air.

Merayakan hari jadi Ketapang adalah cerminan dari masyarakat daerah ini untuk mencintai tanah airnya, yaitu daerah Ketapang. Mengapa perlu mencintai daerah tercinta ini? Karena hanya dengan kondisi daerah yang aman dan stabil, maka semua masyarakat Kabupaten Ketapang akan bisa bekerja dengan tenang, beribadah dengan nyaman, beramal dengan baik, dan dapat beristirahat dengan nyenyak.

Menjadi catatan penting bagi masyarakat Kabupaten Ketapang, bahwa daerah ini adalah menjadi bagian dari tujuh kabupaten di Kalimantan Barat, pada tahun 2020 ini akan menyelenggarakan pesta demokrasi pemilihan bupati dan wakil bupati. Oleh karena itu menjadi kewajiban bersama, seluruh elemen masyarakat Kabupaten Ketapang untuk bersama-sama menjaga kondusifitas daerah ini, agar tetap aman hingga berlangsungnya penyelenggaraan pilkada di daerah ini dengan sukses.

Pentingnya menciptakan rasa aman, kondusif, rukun, dan damai adalah bagian dari ajaran Islam. Islam diartikan secara harfiyah adalah damai, selamat, tunduk dan bersih. Jadi Islam berarti agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan akhirat yang mengajarkan kepada pemeluknya agar menebarkan keselamatan dan kedamaian. Islam mengajarkan umatnya untuk cinta damai, bukan mengajarkan peperangan, konflik dan kekacauan.

Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak disebut beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian melakukannya, kalian pasti saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim).

Semoga dengan diperingati hari jadi ke-602 tahun 2020 ini, Kabupaten Ketapang akan terus semakin berprestasi dalam segala bidang pembangunan, baik pembangunan fisik mapun spritual, sehingga Ketapang menjadi Kabupaten yang berperadaban tinggi seperti yang dicita-citakan oleh para pendahulunya, para pejuang dan pendiri Ketapang.

Penulis: M. Syafi'ie Huddin ( Wakil Ketua Pengurus Cabang NU Ketapang ).

Lebih baru Lebih lama
.



.