Hancurnya Wibawa Setan Dihadapan Manusia Kesetanan



NU KETAPANG - Setan atau syaithon adalah makhluk dalam agama Samawi yang menggoda manusia untuk berbuat jahat. Pada awalnya, istilah "setan" digunakan sebagai julukan untuk berbagai entitas yang menantang kepercayaan iman manusia di dalam agama samawi. 

Sejak saat itu, agama-agama Samawi menggunakan istilah "Syaithon" sebagai nama untuk Iblis. 


Di dalam bahasa Indonesia, istilah Syaithon berbeda maknanya dengan "setan". "Syaithon" lebih condong kepada sang Iblis yang menjerumuskan kedalam kemaksiatan, sedangkan "setan" lebih mengacu kepada roh-roh jahat, jin dan penampakan makhluq astral. Perubahan makna itu terjadi karena setan tidak diterjemahkan langsung dalam bahasa Arab "Syaithon", sehingga terjadi pergeseran makna. Sehingga ada yang memaknai sebagai setiap Jin adalah setan padahal jin ada yang muslim ada juga yang kafir seperti dalam Al Qur'an. Para ulama pun berbeda pendapat tentang masalah itu.


Al-Qurthubi dalam kitab Ahkam al-Qur'an menjelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai asal-usul Jin. Hasan al-Basri mengatakan bahwa Jin adalah keturunan Iblis, seperti manusia adalah keturunan Adam. Dari dua kelompok ini (jin dan manusia) ada yang beriman dan ada yang kafir. Keduanya juga berhak mendapatkan pahala dan siksaan dari Allah. Mereka yang beriman dari keduanya adalah kekasih Allah dan yang kafir adalah setan.


Ibnu Abbas berpendapat bahwa jin adalah keeturunan Jann. Mereka bukan setan. Mereka bisa mati. Di antara mereka ada yang beriman dan ada yang kafir. Sementara itu, setan adalah anak Iblis. Mereka tidak akan mati kecuali bersama-sama Iblis.


Baca juga:


Dalam tafsir surat al-Nas, Qatadah berkata, "Sesungguhnya dari jin dan manusia terdapat setan-setan". Ini mirip dengan pendapat Hasan al-Basri di atas. Dalam surah al-An'am ayat 112 disebutkan, "Dan demikianlah Aku jadikan untuk setiap nabi musuh dari setan-setan manusia dan jin."


Dalam buku "Hayat al-Hayawan al-Kubra" karangan Dumairi disebutkan bahwa semua jin adalah keturunan Iblis. Namun dikatakan juga bahwa jin merupakan satu rumpun, sedangkan Iblis adalah salah satu dari mereka. Jin juga mempunyai keturunan seperti dijelaskan dalam al-Qur'an surah al-Kahfi ayat 55, "Apakah kalian akau menjadikan mereka (jin) dan keturunannya sebagai kekasih selain Aku (Allah) padahal mereka adalah musuh kalian?". Kaum jin yang kafir disebut setan.


Dalam kitab "Akaamu-l-Marjan fi Ahkamil Jan" karangan Syibli (hal. 6) disebutkan bahwa jin mencakup malaikat dan mahluk lainnya yang kasat mata. Sedangkan setan adalah jin yang durhaka dan kafir, mereka adalah anak-anak Iblis.


Jauhari berkata bahwa semua yang durhaka dan membangkang dari manusia, jin dan hewan disebut setan. Orang Arab menyebut ular sebagai setan.


Yang terpenting bagi umat manusia adalah meyakini bahwa setan adalah musuh mereka dan selalu berusaha untuk menyesatkannya dan menjauhkannya dari jalan Allah. Kita dilarang menyembah atau menuruti kata setan. Dalam surah Yasin ayat 60 disebutkan, "Bukankah Aku (Allah) telah membuat perjanjian kepadamu hai Bani Adam agar kalian tidak menyembah setan? Mereka adalah musuh yang paling jelas". Demikian juga dalam surah Fathir ayat 6, "Sesungguhnya setan adalah musuh kalian maka jadikanlah mereka musuh". Dan banyak dalil-dalil yang mengingatkan kita agar hati-hati terhadap tipu daya dan rayuan setan ini.


Baca juga:


Di era millenia ini, wibawa "setan atau yang disebut "syaithon" sudah jatuh dihadapan manusia. Perbuatan manusia yang "kesetanan" jauh lebih mengerikan dibanding setan itu sendiri sampai sampai ada sebuah ungkapan bahwa syaithon mau pensiun dini karena selalu dikambing hitamkan perbuatan manusia. Kata syaiton, ketika manusia korupsi, manusia berzina, manusia memakai narkoba yang menikmati kenikmatannya mereka tapi yang dikambing hitamkan "perbuatan syaithon"  padahal mereka yang berbuat akibat hawa nafsunya sendiri.


Bahkan di jaman viral nya you tube "setan" perwujudan dari jin sudah sangat jatuh harga diri nya akibat demi memperbanyak viewer, like dan suscriber, manusia yang kesetanan mampu memukul kepala kuntilanak dengan gayung, di selukupi kuntilanak dengan karung beras, di mandikan pakai sampo, setan pocong ditelanjangi, di siram memakai air comberan dan hal hal lain yang menjatuhkan martabat "keangkeran" nama besar setan.


Tatkala manusia sudah kesetanan jauh lebih parah dari pada setan itu sendiri


Para ulama berdebat apakah setan itu wujud atau sifat. Sebagian mengatakan wujud sedangkan sebagian lain mengatakan sebagai sifat (semua hal yang mengajak kemungkaran, kemaksiatan dan kejahatan dinamakan dengan setan). 


Anjuran agama mengajarkan bahwa kita harus menjauhi "setan" baik itu yang berwujud maupun sifat "kesetanan"(tasyaithona) agar selamat dunia dan akhirat dan dekat dengan Allah. 


Semoga kita semua dijauhkan dari wujud setan, gangguan dari setan dan sifat sifat dari setan supaya tidak "kesetanan" dan dimaki maki orang dengan sebutan "setan". Dan senantiasa kita berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.


Nuwun


Penulis: Iman Setiadi

Wakil Katib PCNU Ketapang / Pengasuh PP. Nurul Qur'an As-Syadzali, Sungai Awan Kiri, Ketapang.


Lebih baru Lebih lama
.



.