Kyai Faisol: Pemimpin NU Kalbar ke Depan Harus Paham Aswaja dan Pondok Pesantren


NU KETAPANG - Untuk mencari sosok pemimpin yang visioner di Nahdlatul Ulama tentunya tidak cukup hanya mengandalkan leadership yang bagus dan mempunyai wawasan kebangsaan, tapi juga harus paham tentang Ahlussunah Wal Jama'ah (Aswaja).


Pernyataan itu disampaikan KH. Moh. Faisol Maksum Rais Syuriyah PCNU Ketapang pada acara Dialog Virtual Interaktif Seri ke-2 dengan tema Mencari Sosok Pemimpin Visioner Menyongsong Seabad NU via zoom meeting. Rabu (16/02) pukul 19.45 - 22.00 wib.


Kyai Faisol yang berbicara dalam kapasitas sebagai pimpinan pondok pesantren malam itu memaparkan, NU dan pondok pesantren memiliki pola kepemimpinan yang sama berpusat kepada kyai, pun demikian di NU juga memiliki pola kepemimpinan berpusat kepada kyai. 


"Maka untuk memilih pemimpin yang visioner ke depan juga harus dilandasi dengan filosofi pondok pesantren. Hal ini bisa dijadikan dasar pondasi pemimpin NU Kalbar ke depan," ungkap Ketua Umum MUI Kabupaten Ketapang.


Menurut Kyai Faisol, pemimpin NU harus bisa merajut semua potensi di NU dengan baik, sehingga menjadi sebuah kekuatan bagi NU. Kalau potensi ini dirajut dikelola secara baik, maka NU akan maju.


Dikatakan sebelumnya, antara NU dan pondok pesantren tidak bisa dipisahkan, karena lembaga pendidikan tertua bangsa ini adalah pondok pesantren. Selain sebagai pusat penyebaran agama Islam, di pesantren telah melahirkan tingkat pemahaman ajaran Islam yang utuh. 


Oleh karena itu menurut beliau NU dan pondok pesantren ibarat ikan dengan airnya. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Ketika orang menyebut NU pasti ingat dengan pondok pesantren.  


"Bahwa ada hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara NU dan pondok pesantren. Salah satu contoh, yaitu memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama melestarikan dan menjadi benteng ajaran Ahlussunah Wal Jama'ah," katanya.


Disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ghufron Ketapang ini, Pondok pesantren adalah cikal bakal berdirinya NU, hampir semuanya alumni pondok pesantren. Oleh karenanya memiliki kesamaan antara lain, wawasannya, keagamaan, pandangan, sikap, bahkan penghayatan dan pengamalan. 


"NU adalah wadah perjuangan pondok pesantren. Ketika melakukan kegiatan adalah guna menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemudian juga menginginkan kemajuan bangsa, ketinggian harkat dan martabat manusia," paparnya.


Kegiatan Dialog dilaksanakan dalam rangka memperingati Harlah NU ke-99 (16 Rajab 1443 H) serta menyemarakkan Konferensi Wilayah NU Kalbar ke-VIII yang digelar eLSIM (Lembaga Studi Islam & Masyarakat).


Selain Kyai Faisol, pembicara Dialog malam itu adalah H. Kaharudin, S.Ag., Wakil Ketua PWNU Kalbar; Drs. H. Jipridin, M.Si. Intelektual NU Kalbar; Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si. Birokrat NU; Mulyadi Tawik, S.E., M.E. Politisi NU; Dra. Hj. Isriyah Tokoh Perempuan NU ; Dr. Adnan Mahdi, M.Ag. (Aktivis TQN).


Closing Speech Dr. K. H. Wajidi Sayadi, M.Ag. Dewan Ahli eLSIM dengan moderator Dr. Zulkifli Abdillah, MA. Direktur eLSIM Pontianak dan Sekretaris Umum Majelis Ulama (MUI) Provinsi Kalimantan Barat. (anuk).


Lebih baru Lebih lama
.



.