Mengapa Lahir NU dan Ada Islam Nusantara, Inilah Jawaban Nuruzzaman



NU KETAPANG – Ada yang bertanya, kenapa Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada tahun 1926, bukan tahun 1914 setelah Muhammadiyah didirikan? Kalaulah NU ini lahir dalam sebagai merespon dalam konteks lahirnya Muhammadiyah, maka harusnya NU itu lahir satu atau dua tahun setelah Muhammadiyah lahir. Tetapi waktu didirikannya NU begitu panjang dari Muhammadiyah hingga sekitar 14 tahun

Pernyataan itu disampaikan Dr. Muhammad Nuruzzaman, M,Si. pada acara Silaturrahim bersama kader muda NU, Jum’at (29/11) di Aula Gedung Yayasan Islamiyah Al-Jihad, Mulia Kerta Ketapang. Acara Silaturrahim dihadiri Rais Syuriyah Pengurus Cabang NU ketapang KH. Moh. Faisol Maksum, Sekretaris PCNU Ketapang H. Muhammad Zulkarnain, S.Ag., Wakli Ketua PCNU Ketapang Herisas, S.Ag., SH., M.HI. dan H.M. Syafi’ie Huddin, S.Ag.

Dihadapan kader muda NU, Pengurus Lembaga dan Banom NU Ketapang, Komandan Densus 99 Asmaul Husna Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Jakarta ini mengatakan, bahwa NU dilahirkan bukan dalam konteks nasional, bukan juga sebagai respon terhadap lahirnya Muhammadiyah, bukan. Tetapi Nahdlatul Ulama lahir dalam konteks internasional.

“Pada tahun 1924 ada dua kejadian besar di dunia, pertama, runtuhnya kekhalifahan Islam terakhir, namanya Turki Usmani, maka kemudian ada dua kali pertemuan ulama-ulama dunia untuk memutuskan siapa pemimpin Islam di dunia selanjutnya.” Kata Nuruzzaman.

Kedua, Pada tahun yang sama tahun 1924, adanya revolusi hijaz dengan dikuasainya Haromain yang waktu itu masih dalam kekuasaan Turki Usmani dengan Gubernur bernama Syarif Husin, yang menjaga dua kota suci. Akhirnya digulingkan dan dikudeta oleh Abdul Azis bin Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab yang dikenal sebagai Wahabi.

Menurut Nuruzzaman yang hadir di Ketapang untuk menyampaikan tausiyah kebangsaan pada acara Maulid Akbar di Kodim 1203 Ketapang. Bahwa ada seorang ulama yang telah menulis buku dengan menceritakan ratusan ribu umat Islam dipenggal kepalanya oleh Abdul Azis bin Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab. Puluhan ribu ulama dipenggal kaki dan tangannya dalam revolusi hijaz itu.

“Kenapa umat Islam dibunuh oleh umat Islam lain, alasannya adalah umat Islam yang dibunuh adalah ahlu bid’ah. Oleh karena itu NU lahir karena ada pembantaian umat Islam oleh umat Islam lain dengan mengatasnama ulama dan mengaku dirinya paling benar dan yang lain salah, hingg sampai melakukan pembunuhan. Siapa mereka? Mereka adalah Wahabi.” Katanya.

Rencana penerapan asas penunggalan mazhab oleh Wahabi di Kota Mekkah oleh Raja Ibnu Saud, hingga berimplikasi kepada seluruh gerakan penghancuran nilai-nilai budaya Islam yang selama ini dianggap bid’ah oleh mereka. Sebab itu akhirnya tidak membuat ulama Nusantara lantas tinggal diam atas kejadian ini.

“Merespon kejadian itu, ulama-ulama nusantara berkumpul yang dipimpin Mbah Hasyim Asy’ari dengan mengutus Mbah Wahab Hasbullah untuk melakukan pertemuan kepada Kerajaan Saudi. Pertama, meminta agar umat Islam selain Wahabi dibolehkan tinggal di Mekah dan Madinah.” Demikian tutur sosok yang pernah menjadi saksi ahli dalam sidang kasus pembubaran HTI.

Kedua, meminta agar makam Rasulullah tidak dibongkar, karena pada waktu itu makam-makan sejarah dihancurkan, termasuk makam Rasulullah tidak luput menjadi sasarannya mereka. Ini persis kejadiannya ketika ISIS menguasai Irak dan Syiria, yang telah menghancurkan makam-makan para ulama.

“Kita harus bangga menjadi warga NU, bahwa tidak semua orang bisa berkhidmat di NU, dan hanya orang-orang pilihan saja yang bersedia masuk di NU apakah itu di Ansor, Banser, dan Banom lainnya. Maka bersyukurlah kita masih menjadi warga NU, dan mau berkhidmat di NU organisasi yang didirikan para ulama .” Kata Penulis Buku Sejarah Hitam Hizbuz Tahrir

Menyinggung tentang Islam Nusantara. Menurut Nuruzzaman, Islam Nusantara yang banyak diserang, dibully bagi mereka yang tidak paham. Bahwa adanya Islam Nusantara ini persis dengan lahirnya NU. Munculnya istilah Islam Nusantara dikarenakan, Pertama, hampir mayoritas negara-negara Islam di Timur Tengah hancur berantakan karena perang.

Saking tidak amannya di negara Islam yang sedang berkonflik, dalam mendirikan Shalat Jum’at yang menentukan adalah tentara, padahal negaranya seratus persen penduduknya muslim, dasar negaranya Islam, ini terjadi dikarenakan tidak amannya negara. Jadi Islam jadi masalah dengan kondisi yang demikian, berapa juta muslim meninggal dengan sia-sia, berapa juta umat Islam harus mengungsi meninggalkan rumahnya karena perang.  

“Kedua, Islam menjadi masalah di Eropa dan Barat, kenapa? karena Islam digambarkan dengan kekerasan, bom dan perang. Bahkan orang di Eropa takut bahkan benci dengan Islam, karena Islam digambarkan seperti di Timur Tengah dengan prilaku yang keras.” Tutur Penulis buku Pancasila Versus Khilafah ini.

Menurutnya, NU mempunyai kepentingan untuk menunjukan Islam itu bukan hanya di Timur Tengah, tetapi ada Islam di Indonesia yang jumlahnya lebih besar dengan negara manapun, umat Islamnya bisa tinggal dengan siapa saja dan hidup berdampingan tanpa harus membeda-bedakan, negara demokrasi muslim terbesar dengan melakukan proses politik demokratis Indonesia.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan kondisi itu, NU membuat konsep Islam Nusantara. Kepentingannya bukan untuk Indonesia tetapi kepentingannya adalah untuk dunia internasional. “Bahwa masih ada umat Islam di luar Timur Tengah yang wajah, pakian dan prilakunya sangat berbeda dengan Timur Tengah, tetapi dalam beragama ternyata berbeda walau sama-sama beragama Islam.” Katanya.

Nuruzzaman mencontohkan, jika yang sudah pernah haji, siapapun mereka yang shalat dilangkai kepalanya tak masalah disana sekalipu seorang ulama. Beda dengan di Indonesia salaman saja sama ulama dicium tangannya, ini salah satu contoh yang membedakan prilaku umat Islam yang tidak dimilki negara Islam lain, kecuali di Indonesia.

Di Timur Tengah sekalipun ulama besar yang mengarang banyak kitab masih juga beda dengan ulama Nusantara, di Indonesia ulama betul-betul dihormati dan menjadi sesuatu yang dibutuhkan dalam hidupnya, mulai dari masa kehamilan, melahirkan, aqikah, memberi nama, khitanan, menikah bahkan sampai meninggal minta dido’akan kepada ulama (kiyai).

“Di Timur tengah menyampaikan pengajian mengumpulkan jama’ah tidak boleh lebih dari seratusan jama’ah. Beda dengan di Nusantara berapa ribu jama’ah pun tidak masalah. Dan ini terjadi hanya di Nusantara yang bernama Indonesia.” Kata Komandan Desnsus 99 Asmaul Husna.

Nuruzzaman meminta kepada kader muda NU untuk bangga berkhidmad di NU, selain memang dido’akan dan dianggap sebagai santrinya Mbah Hasyim Asy’ari, tetapi juga berada di NU membawa berkah asalkan dilaksanakan dengan ikhlas.

“Makannya saya sampai matipun akan tetap sebagai orang NU dan tidak seorangpun yang bisa menghalangi, siapapun dia akan saya hadapi dan saya tidak akan pernah takut. Karena berada di organisasi yang didirikan Mbah Hasyim Asy’ari yang mendapat restu dari Rasulullah Saw inilah hingga menjadi pegangan dan semangat untuk terus berkhidmat di organisasi NU.” Kata Nuruzzaman. (ANUK).


Lebih baru Lebih lama
.



.