Khutbah Jum’at: 10 Muharram Dalam Perspektif Sejarah Dan Hikmah




ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠّﻪِ ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠّﻪِ الَّذِى جَعَلَ شَهْرَ الْمُحَرَّم اوَّلَ السِّنِيْنَ وَاَوَّلَ الشُّهُوْرِ احْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدَ عَبْدٍ شَكُوْرٍ ﺍَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥْ ﻻَ ﺍِﻟﻪَ ﺍِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ شَهَادَةً تَكُوْنُ لَنَا ذُخْرًا عِنْدَ الْمَلِكِ الْغَفُوْرِ  ﻭَﺍَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥَّ سَيِّدَنَا وَ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ﻭَرَسُوْلُهُ الْهَادِى مِنَ الضَّلاَلِ اِلَى الْهُدَى وَمِنَ الظُلُمَاتِ اِلَى النّوْرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ سيِدِنَا مُحَمَّد بَدْرِ الدُّجَى وَنُوْرِالدَّيْجُوْر وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِى الصُوْرِ.  ﺍَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ : ﻓَﻴَﺎﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ : ﺍُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﻭَﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﺘَﻘْوىَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻃَﺎﻋَﺘِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮْﻥَ . ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻓِﻰ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳْﻢِ : ﻳَﺎﺍَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺍَﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺍِﻻَّ ﻭَﺍَﻧْﺘُﻢْ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮْﻥ

Kaum Muslimin Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Pertama dan yang paling utama, marilah kita memanjatkan puja sepadat jiwa, serta puji sepenuh hati kehadlirat Allah Swt Rabbul Izzati, yang telah memberi kita nikmat Iman, Islam, kesehatan dan kesempatan sehingga sebentar lagi kita bersama akan menunaikan salah satu kewajiban kita, yakni shalat Jum’at berjamaah.

Shalawat seiring salam semoga senantiasa terlimpah ruah pada Paduka Junjungan Alam Sayyidina wa Maulaana Muhammad SAW yang telah membebaskan umatnya dari kegelapan kepada  cahaya yang terang benderang, yang senantiasa kita nanti-nantikan syafa’atnya hingga hari kemudian.

Hadirin yang dirahmati Allah.
Marilah kita tingkatkan kadar takwa kita kepada Allah SWT dengan berusaha dan terus berusaha untuk  menjalankan segala perintah-perintahNya serta berusaha untuk meninggalkan larangan-laranganNya. Taqwa adalah benteng utama dan pertama dalam menghadapi dan mengarungi bahtera kehidupan yang penuh dengan ujian dan cobaan.

Jama’ah rahimakumullah.
Tidak terasa sekarang kita sudah membuka pintu gerbang  tahun baru Islam 1442 H, tentunya kita harus banyak bersyukur bahwa nikmat Allah SWT begitu sangat besar dianugerahkan kepada kita, yakni berupa usia yang panjang sehingga tahun-tahun berlalu telah kita lewati dengan segala suka-duka dan kenikmatan yang diberikan oleh ilahi. Apabila kita renungkan, pergantiaan tahun baru itu berarti bertambahnya usia, tapi justeru sekaligus mengurangi jatah hidup kita di alam fana ini. Ahli tasawuf mengatakan :
الأيام صحاءف الأجال فخلدواها بأحسن الأعمال
Hari-hari yang kita lalui sejatinya adalah lembaran-lembaran menuju kematian, maka kekalkanlah itu dengan sebaik-baik amalan”

Bahkan kalau kita berfikir barang sejenak,  maka sesungguhnya Allah SWT telah memberikan banyak pelajaran berharga kepada kita-tentu bagi kita yang terbuka mata hatinya. Yakni pada awal tahun 2020 Allah SWT memberikan ujian berupa wabah pandemic Covid-19, efeknya sangat dirasakan bagi hampir seluruh sendi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dari aspek sosial, ekonomi dan budaya. Bahkan dalam bidang agama, terjadi pertentangan dalam hal mensikapinya. Tapi Alhamdulillah, sebagai sebuah pembelajaran positif bagi kita semua dengan momentum membuka gerbang tahun baru Islam ini, mari luka lama kita obati. Kita sepakat membuka lembaran baru, semangat baru, hidup dengan tatanan dan kelaziman baru.

Seyogyanya, apabila kita mau mentafakkurinya dalam momentum pergantian tahun ini yang layak kita lakukan adalah meningkatkan ibadah, memperbanyak dzikir, tasbih, tahmid, takbir dan tahlil seraya berdoa kepada Allah SWT semoga kita senantiasa sehat dan tetap dalam lindunganNya, dianugerahi usia yang panjang, yang berkah untuk menambah amal ibadah dan menebus dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan, dilapangkan rezeki yang berkah, dimudahkan dalam segala urusan dan cepat beroleh jodoh bagi yang belum mendapatkan, tetapi tidak usah menambah bagi yang sudah mendapatkan.

Bagi yang sedang merintis usaha, berdagang-misalnya kita doakan semoga dagangannya cepat laris manis dan rezekinya berkah. Bagi yang sedang sakit, semoga lekas disembuhkan dan sehat kembali. Bagi yang sedang berladang, semoga berhasil dalam panennya agar bisa berbagi rezeki dengan saudara-saudaranya yang kurang mampu. Bagi yang berternak sapi atau kambing, semoga usahanya berhasil. Hewan piaraanya gemuk dan sehat-sehat, semoga semuanya berkah, Aamiin Allahumma Aamiin.

Tahun baru Islam 1442 H mesti dihadapi dan disambut dengan optimis, Insyaallah tidak ada kesulitan bagi yang mau berusaha, tidak ada kegagalan bagi yang mau mencoba dan mencoba. Kegagalan itu sendiri pada hakikatnya adalah keberhasilan yang tertunda.

Hadapilah tahun baru ini dengan sikap yang wajar, karena menurut  keyakinan kita, pergantian masa itu adalah sunnatullah atau sesuatu yang memang sudah diatur oleh Allah. Demikian Maha Kata Ilahi Rabbi menyebutkan dalam kalam sucinya ;

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah 164) .

Kaum Muslimin Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Hari ini, Jum’at tanggal 9 Muharram, disebut juga dengan yaumut Tasu’a. Besok adalah tanggal 10, disebut sebagai yaumul Asyura. Ada apa di yaumul Asyura ?
Dari beberapa riwayat yang shaheh dijelaskan bahwa pada yaumul Asyura ini ada beberapa peristiwa penting, yaitu ;
1. Nabi Adam as bertaubat kepada Allah Swt dan meminta ampunanNya pasca dikeluarkan dari surga. Pada tanggal 10 Muharram inilah taubat Nabi Adam as diterima Allah dan diampuni segala dosanya.
2. Berlabuhnya kapal Nabi Nuh as di bukit Zuhdi. Sebagian riwayat lain menyebutkan kapal Nabi Nuh itu mendarat di gunung Ararat, sekarang wilayah Turki.
3. Selamatnya Nabi Ibrahim as dari siksa  atau dibakar oleh Raja Namruz.
4. Dibebaskannya Nabi Yusuf as dari penjara.
5. Nabi Yunus as keluar dari perut ikan Hiu (atau ikan Nun).
6. Disembuhkannya oleh Allah, Nabi Ayyub as dari penyakitnya yang menjijikkan.
7. Diselamatkannya Nabi Musa as dan umatnya dari pengejaran Fir’aun di Laut Merah.

Jama’ah rahimakumullah,
Dari uraian di atas nyatalah bagi kita, bahwa hari Asyura merupakan hari bersejarah yang diagungkan dari masa ke masa, bahkan umat Yahudipun memuliakannya. Rasulullah Saw menganjurkan kepada kita agar kita mengisinya dengan amaliah yang baik, yaitu :

1. Melaksanakan puasa sunnah pada hari ke-9 atau yaumut Tasu’a dan hari ke-10 atau yaumul Asyura. Beliau bersabda bahwa barangsiapa yang berpuasa pada hari Asyura maka akan diahapuskan dosanya setahun yang lalu.
2. Memperbanyak sedekah, yaitu menyantuni anak-anak yatim, kaum kerabat, dhuafa dan mereka yang membutuhkan.
3. Memperbanyak dzikir dan mendekatkan diri kepada Allah Swt agar dihindarkan dari segala bala’ dan marabahaya.

Selain ke-7 peristiwa penting tadi, 10 Muharram juga menyimpan kenangan pahit, sejarah kelam bagi umat Islam sepanjang sejarah, yaitu tragedi Padang Karbala. Apa yang dimaksud dengan tragedi Padang Karbala ?

Tragedi padang Karbala yaitu peristiwa syahidnya cucu kesayangan Rasulullah Saw, yaitu Imam Husein bin Ali Bin Abi Thalib ra dalam sebuah pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan Husein yang berjumlah 72 orang (terdiri dari 32 orang prajurit berkuda, 40 orang pejalan kaki, anak-anak dan perempuan) berhadapan dengan 4.000 pasukan Yazid bin Muawiyah, yang dipimpin oleh Umar bin Sa’ad bin Abi Waqqash.

Para ahli tarikh Islam sepakat bahwa peristiwa atau tragedi Padang Karbala terjadi pada tanggal 10 Muharram tahun 61 H bertepatan dengan tanggal 10 Oktober 680 M. Antara lain dijelaskan dalam Kitab Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir, Mausu’ah al-Hasan wal Husein karya Syaikh Hasan al-Husaini dan buku karya Sejarawan Muslim Afghanistan Tamim Ansary : Destiny Disrupted ; a History of the World Through Islamic Eyes.

Sejarah bercerita panjang tentang pembangkangan  Mu’awiyah Gubernur Damaskus yang tidak mengakui kekhalifahan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, bahkan menuduh Ali berada dibalik terbunuhnya Utsman bin Affan ra “the man behind the gun” .  Kemudian berujung pada perang saudara, menyusul syahidnya Ali. Kemudian al-Hasan bin Ali menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah. Maka semenjak saat itu, sistem khilafah berakhir, berganti ke sistem pemerintahan monarchi absolut.

Saat Muawiyah wafat kekhalifahan diserahkan kepada putranya Yazid. Sayidina Husein tidak mau berbaiat dan tidak mengakui kekhalifahan Yazid bin Muawiyah, itulah yang membuat Yazid marah. Maka konflik antara  Yazid bin Muawiyah dengan sayidina Husein bin Ali sejatinya lebih didominasi oleh konflik politik, bukan konflik pemahaman agama. Sekalipun tidak dinafikan  konflik politik itu akhirnya memunculkan konflik pemahaman keagamaan, berupa munculnya aliran-aliran atau firqoh-firqoh theologi.

Firqoh-firqoh di kalangan ulama menimbulkan kegundahan dan kegalauan di tengah-tengah umat. Sebuah kewajaran sejarah karena dalam banyak episode sejarah Islam, dimulai dari semenjak Rasulullah SAW wafat, persoalan politik yang ujung-ujungnya menghasilkan perpecahan dalam tubuh umat Islam sudah kenyang dijadikan sebagai sebuah catatan kelam. Bukankah Umar Ibnu Al-Khatthab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan bahkan cucunda Nabi yaitu Al-Husein syahid dibunuh oleh lawan-lawan politiknya ? Kalau umat berselisih pendapat, maka ulama-lah yang menjadi penengahnya. tapi kalau ulama' yang berselisih, maka pertanyaannya : siapa yang bisa mendamaikannya ?

Setiap tanggal 10 Muharram (atau hari Asyura) kita diingatkan peristiwa Padang Karbala itu, dan manakala kita merenungkannya betapa sedih dan pilu hati kita. Cucu kesayangan Rasulullah Saw, yakni Sayyidina Husein dibunuh secara biadab, kepalanya dipenggal dibuat mainan oleh orang-orang fasik laknatullah.

Kaum Muslimin Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Bulan Desember ini kita akan memasuki pesta demokrasi. Dengan berusaha belajar dari torehan sejarah masa lalu, kita tentu banyak berharap agar pemilihan kepala daerah ini janganlah dijadikan arena pembantaian satu sama lain, apalagi sesama muslim. Sekalipun berbeda partai, sekalipun berbeda pilihan dan mungkin orang yang kita jagokan kalah misalnya, tapi persatuan dan kesatuan harus senantiasa dikedepankan.

Jangan sekali-kali saling mengkafirkan. Jangan merasa pilihannya paling benar. Mari jadikan pesta demokrasi ini sebagai ajang pertarungan ide atau gagasan, bagaimana mensejahterakan rakyat. Kenapa ini penting untuk dicamkan, karena kita pernah beberapa kali dikorbankan oleh sebuah pertarungan politik yang tidak sehat, yang ujung-ujungnya nyawa melayang seolah tak berharga sama sekali.

Allah Swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 103 :

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”

Jamaah rahimakumullah,
Rasanya tidak terlalu berlebihan kalau dikatakan bahwa Ketapang adalah miniatur  Indonesia. Semua agama ada di Ketapang, dari Islam yang mayoritas, Katholik, Protestan, Hindu, Buddha, Khong Hucu bahkan penganut Kepercayaan. Demikian pula etnisnya : ada Melayu, Dayak, Jawa, Sunda, Bugis, Makassar, Padang, Tionghoa dan masih banyak lagi. Mari kita rawat kemajemukan itu dengan baik. Perbedaan itu pasti adanya, tapi persatuan dan kesatuan itu wajib dieratkan.

Marilah kita jadikan momentum 10 Muharram ini sebagai proses perenungan bagi kita bersama bahwa perbedaan cara pandang diantara kita pasti terjadi, karena itu sebagai sebuah keniscayaan. Tapi mari kita mensikapinya dengan bijak. Apabila kita mampu mengelolanya dengan baik, maka perbedaan pendapat, perbedaan dalam memilih pemimpin dan sebagainya akan menjadi sebuah orkestrasi dan harmonisasi yang indah. Sebagaimana sebuah taman, apabila semua ditanami bunga mawar, maka tak elok dipandang. Tapi apabila ditanami beraneka bunga, maka tampak sedap dipandang mata.

Ibroh dari peristiwa tragedi Padang Karbala 10 Muharram adalah manakala egosime kelompok, egoisme peribadi dan egoisme kepentingan dikedepankan tanpa mufakat dan musyawarah maka ujung-ujungnya adalah perpecahan bahkan pertumpahan darah.

Terlebih lagi kita baru saja merayakan Hari Kemerdekaan RI yang ke-75. Dan kemerdekaan yang kita peroleh itu adalah semata-mata atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. Oleh karenanya merawat persatuan dan kesatuan dalam konteks mengisi kemerdekaan RI itu menjadi tanggung jawab kita bersama, semua elemen bangsa : pemerintah, tokoh agama, pemimpin formal dan non formal, pemuda dan kaum wanita, kaum cerdik cendekia, akademisi, politisi dan bahkan rakyat biasa.

Demikian khutbah Jum’at kita hari ini, semoga dengan menghayati nilai-nilai sejarah 10 Muharram dan intisari hikmahnya kita semakin menjadi jiwa-jiwa yang bertakwa, kesalehan individual dan social. Semoga Allah Swt meridloi dan membimbing kita bersama. Aamin Ya Rabbal Alamin, Selamat Tahun Baru Islam 1442 H.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ  اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم  فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ َ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ . رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،  سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.

Penulis : Muhammad Nashir Syam
Wakil Sekretaris PCNU Ketapang


Lebih baru Lebih lama
.



.