Ribuan Jama’ah Hadiri Pengajian Akbar Gus Miftah di Air Upas



NU KETAPANG - Pengajian Akbar di Kecamatan Air Upas berlangsung sukses sebagaimana rencana awal. Kesuksesan acara malam itu didukung cuasa yang cerah, hingga membludaknya jama’ah yang hadir memenuhi area lokasi yang disiapkan panitia. Acara dilaksanakan Minggu (02/2), pada pukul 19.30 atau ba’da shlalat Isya’.

Hadir memberikan ceraman KH. Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah, adalah da’i muda Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman Yogyakarta. Sebelum memberikan ceramah di Air Upas, siang harinya Gus Miftah juga memberikan ceramah di hadapan ribuan jama’ah di Manis Mata. Kehadiran Gus Miftah di Kecamatan Manis Mata dalam rangka menghadiri peresmian Masjid Jami’ Nurul Huda di Desa Bukit Gajah, Manis Mata.

Dihadapan ribuan jama’ah di Air Upas, Gus Miftah menekankan pentingnya saling menghargai dan menghormati perbedaan, terutama dalam konteks keyakinan beragama kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Menceritakan ketika dirinya ditanya Deddy Combuzier di acara Hitam Putih, dengan pertanyaan berkaitan pandangan Gus Miftah terhadap agama dan Pancasila.

“Waktu Deddy Combuzier bertanya kepada saya, Gus apa pandangan anda terhadap agama dan Pancasila. Lalu saya katakan, bahwa dalam bingkai Pancasila semua agama itu bener, waktu itu saya jawab kalimat ini masih belum sempurna dan masih tanda koma. Seharusnya ada lanjutannya, semua agama itu bener bagi penganutnya.” Kata Gus Miftah.

Menurut Gus Miftah, sangat bahaya jika dipahami semua agama benar bukan berdasar penganutnya. Bagaimana tidak, andai pemeluknya tiap hari ganti agama, besok Islam, lusa Kristen, dan seterusnya. “Maka saya tidak setuju kalau dikatakan semua agama itu bener. Kalimat yang bener adalah semua agama bener bagi penganutnya. Islam bener bagi penganutnya, Kristen bener bagi penganutnya, dan begitulah seterusnya.” Katanya.

Dalam bingkai Pancasila tidak boleh orang lain menjelek jelekkan agama orang lain. Itulah konsekuensi dari negara Pancasila kata Gus Miftah. Semua agama diakui oleh undang undang, penganutnya berhak menjalankan agamanya tanpa harus mendapatkan tekanan dari pihak manapun. 

“Makanya kejadian di Minahasa Sulawesi ada pengrusakan masjid oleh kelompok lain. Mereka adalah orang yang tidak paham Pancasila. Kemudian ada kejadian lagi, gereja dirusak sama orang lain, berarti orang ini tidak paham Pancasila.” Kata Gus Miftah.

Tetapi juga ada yang kebablasan menurut Gus Miftah, Kolom agama di KTP dipermasalahkan, kolom agama dalam KTP agar dihapus. “saya enggak setuju, bagi saya pencantuman agama dalam KTP itu, adalah sebuah kebanggaan. Saya bangga di KTP beragama Islam. Saya kira juga sama dengan pemeluk lainnya akan bangga dengan agama sebagaimana yang tertulis di KTP-nya.” Katanya.

Menurutnya, tidak ada paksaan dalam beragama. Begitu sudah punya agama masing masing, konsepnya apa? lakum dinukum waliyadin. Indonesia itu, kata Gus Miftah rumah yang besar. Rumah besar itu ada enam kamar. Ada kamar Islam, Kristen, Katolik, Buddha dan agama terakhir yang diakui oleh undang undang adalah agama Konghucu.

“Selama orang Indonesia itu kembali ke kamarnya masing masing pasti tidak akan pernah terjadi masalah. Yang jadi masalah itu adalah ketika kembali ke kamarnya orang lain. Orang Islam kembali ke kamar Islam, yakni di mesjid. Silakan anda beribadah ke masjid, dan yang agama lain ke rumah ibadahnya.” Tutur Miftah.

Dalam konteks bermasyarakat bisa berbagi dan bisa bekerja sama, misal bersama-sama membangun jalan atau jembatan, bersama sama gotong royong. Persoalan hak jangan pernah dicampurkan, makanya Gus Miftah menolak, jika orang Islam menyekolahkan anaknya di sekolah Kristen, orang Kristen menyekolahkan anaknya di sekolah Islam. 

“Membingungkan, nanti SD nya diajari cara Islam, SMP nya diajari cara Kristen, ketika itu diajari kalau mau makan berdoa allahuma sementara ketika masuk diajari kalau mau makan begini, lalu digabungkan ini kan bahaya.” Kata Gus Miftah. 

Pengajian disampaian Gus Miftah dengan santai dan rileks, diselingi pembacaan shlawat, humor dan guyonan ala Kiayi NU, hingga membuat jam’ah betah dan semangat, tidak beranjak dari tempat duduk selesainya acara pengajian.

Pengajian Akbar dihadiri Sekda Ketapang H. Farhan, mewakili Bupati Ketapang. Dari jajaran PCNU Ketapang selain Ketua Tanfidziyah, hadir juga Rais Syuriyah KH. Moh. Faisol Maksum, Kiyai Fakhruddin, Sekretaris H. M. Zulkarnain, S.Ag., Wakil Ketua sekaligus Ketua Pagar Nusa Hesisas, S.Ag., SH., M.HI. Tampak juga Ketua Lembaga LPPNU, Ketua LPNU dan Ketua Gerakan Pemuda Ansor beserta anggota Banser. (ANUK).

Lebih baru Lebih lama
.



.